lelaki fiksi itu menempuh jalan prosa
di sepanjang pantai utara
mengemasi dirinya sebagai anak laut
di antara diksi-diksi ombak yang membuih
tentang seorang gadis di luar pelaminan
lelaki fiksi itu menjelma sebuah puisi
menyisir rambutnya dengan angin
ketika di pelupuk matanya
membentang garis pelangi
melihat kekasihnya membusurkan
lengkungan kubah imajinasi
lelaki itu pun meniupkan metafore
seperti balon-balon sabun ke udara
melambung dan pecah oleh derai tawa
seperti kerinduan yang tak selesai
diterjemahkan dalam sebuah peristiwa
lelaki itu telah kehilangan semua bahasa
pada prosa dan puisi yang ditulisnya
ketika burung-burung camar pulang senja
menutup seluruh kisah istana pasir
dan menemukan dirinya
di antara karang-karang yang menjulang
lelaki itu di sana tinggal sebuah imajinasi
di antara fakta dan fiksi
untuk tidak pernah dipercaya
sebagai sebuah dongeng yang dapat
dikisahkan sebelum tidur
di sepanjang pantai utara
mengemasi dirinya sebagai anak laut
di antara diksi-diksi ombak yang membuih
tentang seorang gadis di luar pelaminan
lelaki fiksi itu menjelma sebuah puisi
menyisir rambutnya dengan angin
ketika di pelupuk matanya
membentang garis pelangi
melihat kekasihnya membusurkan
lengkungan kubah imajinasi
lelaki itu pun meniupkan metafore
seperti balon-balon sabun ke udara
melambung dan pecah oleh derai tawa
seperti kerinduan yang tak selesai
diterjemahkan dalam sebuah peristiwa
lelaki itu telah kehilangan semua bahasa
pada prosa dan puisi yang ditulisnya
ketika burung-burung camar pulang senja
menutup seluruh kisah istana pasir
dan menemukan dirinya
di antara karang-karang yang menjulang
lelaki itu di sana tinggal sebuah imajinasi
di antara fakta dan fiksi
untuk tidak pernah dipercaya
sebagai sebuah dongeng yang dapat
dikisahkan sebelum tidur
Denpasar 09052014 - ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar