Minggu, 27 September 2015

DI SELANGKANGAN WAKTU


sudah kusetubuhi seluruh malam
impian demi impian berlahiran
aku bukanlah dewi kunti
yang melahirkan para pandawa
bukan pula gendari
yang melahirkan para kurawa
dan menciptatakan pertempuran
di padang kurusetra


sudah kuselangkangi semua siang
dari matahari terbit
hingga matahari terbenam
cahaya demi cahaya
telah menyiangi ketelanjangan
menciptakan peta pada lekuk tubuh
dan tak tersisa lagi bayangan

sudah selangkah lagi kulalui
kini aku berdiri di batas paling tepi
mungkin batas paling sunyi
di mana waktu melahirkan
segumpal daging tanpa susu ibu
mengering di sepanjang jalur
tempat hidup untuk terus diamini



DPS 28 09 2015 - ilustrasi ; google

Senin, 21 September 2015

REMANG-REMANG


lelaki itu masih menyimpan tubuhku
pada setiap igauannya
wajahnya sesepi malam
selalu berbisik penuh erangan


:berikan puisi untuk kawan tidurku

lelaki itu pun terlelap
pada setiap desah napasku
dan terguling dalam kelam


Denpasar 02 09 2015

SELINTAS


kau telah mengasap, begitu jauh
menyelimut seperti kabut kerinduan
tak juga dihembuskan oleh angin

di sini aku mengigil, mendekap
diri sendiri, meraba-raba jalan pulang
mengayun langkah setengah mengambang

di manakah jalur yang dulu
pernah kita lintasi bersama?
aku menunggumu di ujung waktu


DPS 21 09 2015

DI TEPI LANGIT


di tepi langit mana lagi
dapat kurentangkan gaunku
menjadi selendang pelangi
ketika gerimis mengabut
dan tak memberi tanda-tanda
seberkas cahaya


kini aku hanya terhampar
di atas permukaan bumi yang fana
menyusuri setiap kenistaan
tanpa sedikit pun dapat meratapinya
meskipun hanya sebagai penyesalan

tanganku tak dapat lagi memintal
setiap belaian penuh kasih sayang
kakiku tak dapat lagi melangkahi
setiap jejak ibu yang menyimpan surga
meskipun telah kubasuh dengan doa

di tepi langit mana lagi
aku dapat tengadah tanpa sekedip pun
mengerjapkan pelupuk mataku
untuk sekedar menatap dan menikmati
seluruh berkah cahaya sebagai karunia

kecuali kini, aku hanya dapat berdiri
di belakang bayang-bayangku sendiri
dan membiarkannya menjelma
menjadi apa saja tanpa perduli



DPS 22 09 2015 - ilustrasi : google

Rabu, 16 September 2015

WAKTU TERKAPAR



aku mencoba mengingatmu
di antara silsilah waktu
sekedar ingin bercumbu
bukan karena ingin merayu

tapi selalu saja kau bertanya
: "kapan itu?"

aku hanya dapat mendesah
mengingatmu dengan payah
begitu cepat semua berubah

: "waktu, tak ada ruang menunggu..."
bisikmu, di sela-sela waktu
ketika kita sama-sama membeku
semua percakapan menjadi benalu

dan bahasa-bahasa tubuh
tak dapat menyalin semua cerita
di mana setiap lekuknya
masih mengisahkan kisah yang sama

: "meskipun kita pernah menggumulinya,"
katamu dengan napas terengah.

( kita pun terkapar di ruang yang sama
dalam keheningan yang bersahaja... )


Denpasar 16 09 2015 - ilustrasi : google

Senin, 14 September 2015

JAWA POS EDISI 13 SEPTEMBER 2015

Puisi-puisiku tayang di
JAWA POS EDISI 13 SEPTEMBER 2015

- Parole
- Oase
- Sejauh-jauh Burung Terbang
- Senja di Bukit Kintamani



Dps 14 09 2015

Kamis, 10 September 2015

PEREMPUAN PEZIARAH


aku bukanlah maria, perempuan
yang melahirkan kesucian
aku hanyalah perempuan tak bergaun
dari sebuah peradaban di mana
aku melihat dunia dengan kacamata hitam


aku bukanlah bunda theresia, perempuan
yang merawat bangsal kehidupan
aku hanya perempuan pelintas zaman
dan pengekal perjanjian sebuah mahligai
aku melayaninya dengan pengabdian

aku bukanlah cleopatra, perempuan
yang merayu dan menelanjangi kekuasaan
aku hanyalah perempuan yang berdiam
dan bertahan untuk sebuah hakikat
aku menerimanya sebagai martabat

aku hanyalah perempuan peziarah
imajinasi yang dilepaskan dalam bayangan
ketika hasrat diabaikan dalam setiap impian
untuk sekadar menjamah kenyataan



DENPASAR 10 08 2015 - ilustrasi from google

Rabu, 09 September 2015

MENYULUT DUPA



menyulut ujung setangkai dupa
di pulau yang selalu mengepulkan doa
mengharumkan jagad nirwana
di mana para dewa menaburkan berkahnya

di sini kehidupan selalu mengasap
dalam napas ritual di seluruh banjar
di mana adat tempat segala mufakat
dikisahkan penuh harkat dan martabat

di sini tak perlu lagi bertanya
tempat menuju ke swargaloka
inilah sebuah negeri penuh cahaya
di mana cinta dan kasih ditasbihkannya


Dps 07 09 2015 - ilutrsi from google

MENGGUNTING KATARSIS




untuk apa menggunting dengan lurus
jika hanya membagi menjadi dua bagian
untuk apa menggunting dalam lipatan
jika hanya ingin melakukan penghianatan

siapakah brutus di antara kita
hanya untuk menjadi pontius pilatus
yang ingin mencuci tangan
di bokor yang penuh dengan darah

haruskah kita menjadi penyangkal
di atas meja perjamuan
hanya ketika mencuci kaki seorang pelacur
setelah mendengar ayam berkokok tiga kali

siapakah yang lebih suci
dan melempar batu
ke tubuh seorang pezinah
dan menyembunyikan tangan
di belakang punggung

mungkin ada saatnya kita tidak menggunting
dengan lurus di antara lipatan-lipatan kain
mungkin ada saatnya kita tidak mencuci tangan
hanya untuk melempar sebuah batu
dan mengamini diri kita sendiri


Denpasar 03 08 2015 – ilustrasi : google

MADAH DANGDUT





dangdut yang basah
membuatku mendesah
dalam goyang irama patah-patah
ah ah ah

rasa yang terjamah
itulah sebuah madah
jangan kau jelajah
dalam jiwa yang gundah
membuat rasa yang salah
menjadi hidup tak berhikmah
ah ah ah

: napas dangdut yang basah
lepaskan semua dengan pasrah
hingga penuh segala gairah
ah ah ah

Dps 28 08 2015 - ilustrasi : google