Senin, 29 Desember 2014

KANGEN


aku melayat ruang dan waktu
di antara hujan tiket yang kukremasi

menunggu waktu luang
untuk berkemas dengan
sisa kemarahanmu
yang berujung cumbuan

: kangen..



DPS 29 12 2014

DENYUT



jalan rahasia itu sudah begitu jauh kita tempuh
setapak demi setapak, kerikil dan bongkahan batu
kita lalui dengan harapan dan impian
kadang membuat kita rapuh dan ingin kembali
tapi masa lalu itu sudah menjauh di balik punggung
tak dapat membuat berpaling sedikit pun

hanya airmata, sapaan, genggaman tangan
bisikan-bisikan liar, membuat kita bertahan
dan terus melangkah mengikuti arus waktu
untuk terus hanyut, berdenyut, meskipun kadang
begitu singkat membuat kita tersekat
dari ruang-ruang pertemuan dari makna yang hilang

berulangkali, berulangkali kita merebutnya kembali
dengan canda dan tawa sebagai pelepas
beban kerinduan yang memadat agar mengkristal
menjadi permata yang berkilau di lubuk dada
sebab hanya itu memang yang dapat kita untai bersama
di antara rentangan jarak di mana kita berada


 
DPS 28 12 2014 – ilustrasi : google

Senin, 22 Desember 2014

LAFAS BIRAHI


di ranjang mana lagi persetubuhan liar
untuk melebur kerinduan dan kesangsian
dari lipatan-lipatan dunia yang nyata

bukankah semua telah kulunasi
dengan ketelanjangan jiwaku
hingga kau tahu setiap erangan
dan bisikan bukan lagi dunia yang maya

tetapi mengapa kesangsian itu
terus saja kau lampirkan sebagai ungkapan
di mana aku harus terus berdiri
pada satu sisi tempatmu memandang

sekali waktu, berdirilah di tempatku hingga kau tahu
bagaimana seorang perempuan bertahan
dengan sebelah kaki hanya untuk meyakini dirinya
untuk sekedar tetap tegak tanpa sebuah penyangga
kecuali doa yang terus menerus dilafaskan
seperti erangan yang tak usai dari setiap pergumulan

di sana kau akan tahu setiap birahi adalah harga diri
untuk dipermuliakan dengan ketulusan atau kenistaan
yang tak dapat ditawar dengan bahasa apa pun
kecuali kau menyadarinya sebagai bagian dari dirimu
yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah perjanjian rahasia




DPS 20 12 2014 - Ilustrasi : NA


Rabu, 17 Desember 2014

TUMPAT


di puting siang yang garang
aku mengerang dan menggelinjang
terpanggang dalam penantian panjang
kapan kau jelang


ah, penumpah gairah
mengapa tersumbat
mengapa kau bebat, tumpatlah..

: sebelum aku menjadi tembikar


DPS 18 12 2014

Selasa, 16 Desember 2014

KUZIARAHI KASIHMU


untuk sahabatku Elly Matondang dan Almarhum Hilman Matondang

 
Seharusnya, ya, seharusnya
kau tetap berada di sisiku
mendampingi setiap langkahku
pada saat aku jatuh dan rapuh
membuatku selalu tengadah
dan berkeyakinan teguh

kau adalah telinga kecil
yang mendengar isi hatiku
kau adalah cawan kecil
tempat menampung airmataku
kau adalah peta kecil
dari perjalanan hidupku

masih basah dalam ingatan
ketika langkah-langkah kecilmu
tertatih-tatih menghambur
ke dalam pelukanku
dan aku mencurahkan
seluruh kasih padamu

masih terkenang dalam bayangku
ketika kau menjadi lebih dewasa dari waktu
merengkuh kegamanganku, kau lunasi
dengan kehangatan kasih dan keikhlasan
untuk memberiku seluruh ruang dan waktu

kini kau pergi lebih cepat dari waktu
dan aku hanya dapat ziarahi dengan kasihku
menabur airmata di atas pusaramu
sebagai pelengkap rindu, kau pasti tahu itu
seperti aku menyebut namamu
atas asma-Nya dalam setiap bisikan doaku

DPS 17 12 2014

Hujan Senja

selebat hujan membasahi bumi
aku kuyup dan gigil
dalan ruang kesendirian

kucoba mendengar suaramu
di antara gema sunyi
mencari kehangatan
yang mengalirkan kejenuhan
dan kebosanan


tapi sampai kapan aku menunggu
datanglah, dekaplah seluruh mantraku
agar kau dapat merasakan
: denyut dan getar kerinduanku



DPS 15 12 2014

MOZAIK

kaulah arus yang memetikku
hingga mengalir ke hulu, sayang
akulah batu yang kau pecahkan
dan kau siangi menjadi pasir, sayang

dan akulah jendela yang selalu terbuka
yang menyimpan langit biru
dan sayap-sayap burungmu, sayang

tapi jangan perduli,
jika dinding-dinding itu bertelinga,
menyadap setiap bisikan kita sayang

biarkan mozaik itu, melengkapi
setiap bagian dari diri kita, sayang....




DPS 16 12 2014

Disemayamkan Dalam Doa


malam memadat dalam kelam
di bawah hujan yang lebat
bukit-bukit runtuh dengan gemuruh
membuatmu terhempas tak bernapas


kelengangan pun merayap
di atas dataran yang terbuka
seperti jubah maut yang merengut
setiap kehidupan yang tersisa

malam pun menjadi sebuah pelaminan duka
di mana tubuh-tubuh dibaringkan tak bernyawa
tanpa lagi impian dan harapan, kecuali
keikhlasan untuk disemayamkan dalam doa

: dari tanah kembali ke tanah...




DPS 13 12 2014 - Bencana alam di Jateng

Kamis, 11 Desember 2014

TERLUMAT


kubiarkan nada-nada itu mengalun
bukan hanya melodinya yang indah terlantun
syahdu ,bahkan menghentak menyayat

di sana kita kepulkan seluruh kata
hingga terkulum dengan bisikan penuh makna
sebelum benih-benih puisi kita hamburkan
dari persetubuhan imaji yang paling liar

di mana kau dan aku akan terkapar
di atas kekosongan yang menghampar
pada setiap aksara yang
kita kulum dengan birahi makna
hingga terhempas ke liang malam
dan secangkir kopi tumpah di pelaminan

terlumat sudah rasa perih itu
membuatku tenggelam
di antara napas rindu
yang selalu menyapaku


DPS 12 12 2014 - ilustrasi : google

SUDAH


membumbung sudah
melambung sudah
menyeruput dan mengepul sudah

kehangatan di bibir secangkir kopi
dan sebatang rokok
di ruang waktu menunggumu

kini tinggal desah
merayap di sekujur tubuhku
kuterjemahkan sudah



DPS 11 12 2014

Rabu, 10 Desember 2014

PEREMPUAN PENYAMBAL



marilah makan siang bersamaku
akan kubuatkan sambal
dari setiap goyangan pinggulku
kau akan dapat merasakan
betapa seksinya rasa pedasku
hingga dapat mengulek perasaanmu

aku dapat menambahkan sedikit terasi
sebagai penyedapnya
jika kau memang tak cukup alergi
mungkin juga aku menambahkan jeruk limau
agar kau dapat merasakan asam dan segarnya

dengan sambal buatanku, lidahmu
akan terlipat-lipat oleh hasrat
untuk mencicipi setiap ulekan sambalku
mungkin kau akan terpejam atau terbeliak
menahan setiap kepedasan
pada rongga mulutmu hingga tak ada
sepatah katamu pun yang terucap

sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna
untuk makan siangmu yang mungkin selalu
tertunda dan sia-sia

 
Denpasar 1811 2014 - ilustrasi : google


Hari Mendung

hari hari mendung
kau tinggalkan kabut di mataku

aku pun mengerjap-ngerjap dalam basah
menantimu di celah-celah gigil

untuk mendekapku sebagai pelunas rindu


DPS 02 12 2014

POLUSI





sudah tergenang, tak ada lagi yang patut dikenang
mengambang, timbul dan tenggelam
kota ini tak lagi menyimpan harapan, juga impian
biarkan menjadi sebuah selokan
mengalirkan semua kebusukan dan kepengapan
dan menjadi koloni para urban dan preman
sisa-sisa dari hindia belakang

tak ada lagi lorong-lorong kehidupan di kota ini
jalan-jalan raya dipenuhi polusi keangkuhan
hanya untuk melindas dan melempar setiap orang
dari pusat-pusat keyakinannya menjadi
kaum duafa ketepi-tepi kenistakan semata
bukan lagi sebagai manusia dengan kemuliaannya

haruskah aku kembali ke kota ini yang menyimpan
kesunyian dan keterasingan di tengah keramaian
dan membiarkan diriku tergadai pada setiap langkah
hanya sekedar untuk bertahan dalam kerinduan
yang mungkin tak pernah lagi menjadi kenyataan

(kini kota itu menjauh dan mengabut di pelupuk mata.....)

 
Denpasar 03 12 2014 - ilustrasi : google

Bersin Hujan

hujan membersinkan hari-hariku
membuatku demam dalam kesendirian

menggigil memanggil namamu
dengan seluruh rayuan

tapi hanya lembaran-lembaran tisu
yang terbuang di keranjang sampah


DPS 04 12 2014

Mata Senja



di mata senjamu aku mengerjap
pada saat langit diselimuti awan kelabu

hari-hari yang lembab
membuatku tersekap
dan aku mencari dekapmu



DPS 09 12 2014

TUBA DAN SUSU



ada kisah yang tak pernah selesai
tapi tak pernah terurai
di antara kita di antara waktu
tempat mengulum setiap percakapan
bukan untuk membualkan kealpaan

tapi seperti tuba dituangkan ke dalam susu
kau menghisap setiap kealpaan
menjadi keraguan dan alasan mencicipi
setiap perselingkuhan sebagai madu
tanpa kau sadari bagiku seperti empedu

kini aku hanya dapat mengulum sisa waktu
dengan gairah-gairah untuk bersekutu
dengan kecemburuan sebagai kalori
dari setiap denyut adernalin
dengan enerji yang masih tersisa

sebab kesetiaanku adalah api keabadian
penyulut setiap kesetiaan. tak akan padam
meskipun kelak mungkin akan membakarku
menjadi arang dan debu yang sirna
dihembuskan oleh angin senja

 
DPS 10 12 2014 - ilustrasi : google