Kamis, 28 Januari 2016

SENSASI


hanya sebuah sensasi yang kau ledakan
di salah satu sudut kota
dan hanya membuatmu melolong panjang
bukan sebagai seekor srigala
tapi seekor anjing kurap yang merayap
di atas sisa-sisa bangkai tubuhmu sendiri


kota itu sudah terlalu lama menyimpan kecemasan
hingga ketakutan bukan lagi pilihan
setiap orang berjaga-jaga menyusun malam
untuk setiap impian yang mereka bangun
dari setiap kekalahan menuju kemenangan tertunda

maka jangan lagi kau berharap
dapat merengkuh setiap tubuhnya
hanya untuk menjadi bagian dari dirimu
dan terkapar di tepi jalan

sebab mereka tahu masih ada yang lebih terhormat
dibanding sekadar menjadi anjing kurap
sebagai manusia yang penuh harkat dan martabat
bukan dengan jalan penuh khianat dan pelaknat
dan memilih jalan sesat menuju akhirat

apalagi hasrat yang kau ingin sematkan
jika gairahmu hanya tinggal serpihan-serpihan
dan persetubuhanmu dengan maut
hanya seperti sperma yang dipercikan ilusi
tidak untuk diaminkan sebagai pengampunan
kecuali untuk dinistakan dari sebuah peradaban




Denpasar 28 01 2016

TERHARU


gerimis tak turun di kotamu
tapi turun di hatiku
menciptakan genangan rindu


Denpasar 26 01 2016 - ilustrasi : google

PEREMPUAN DI LUAR ZAMAN


sudah kurakit semua impian dari sisa malam
tinggal hanya sebuah ledakan mejadi kenyataan
dan mungkin aku akan menyaksikan
seluruh bayangan menjadi serpihan di setiap sudut kota
maka seluruh wajah akan dilumuri kecemasan
ketakutan akan menjalar di seluruh tubuh
setiap mahluk di seluruh permukaan bumi


tapi kini aku hanya dapat menyaksikan
sesosok bayanganku sendiri, melintas
di antara pecahan-pecahan waktu
di mana orang-orang dengan wajah penuh cahaya
tersenyum menatapku dengan sebatang lilin
dan setangkai bunga yang diulurkan padaku

: "ambilah," kata seorang perempuan
dengan gaun penuh cahaya
seulas senyum lembut merekah di sudut bibirnya
: "aku yang melahirkanmu," ujar perempuan itu
seperti suara kidung yang mengingatkanku
di mana ia pernah melenakanku
pada saat aku lelah menangis dan lapar
dan aku terlelap dalam buaiannya

aku menyeru namanya. berulang-ulang
: "ibu, jangan tinggalkan aku!"
tapi suaraku serasa begitu kelu
dan tatapan matanya yang teduh
perlahan-lahan masuk ke dalam jiwaku
seperti tahu suara batinku
jika lebih keras dari sebuah ledakan apa pun

perempuan itu pun menyatu dalam diriku
melahirkan peradaban kasih sayang
melampaui musim segala zaman
di sana aku berdiam abadi
untuk selalu kubasuh dengan airmata
sebagai embun penyejuk jiwa yang lelah
sebagai pengaminannya



Denpasar 22 01 2016

BUNGA DAN LILIN

--save jakarta


sudah kuletakan setangkai bunga
dan merangkainya di pojok jalan itu
dengan menebarkan keharuman penuh kasih
bukan untuk berselisih


sudah kunyalakan sebatang lilin
bukan untuk menerangi jagat raya
tapi menyinari kegelapan setiap hati
dari keangkaramurkaan

setangkai bunga yang ditanam
bukan untuk menumbuhkan kebencian
sebatang lilin yang dinyalakan
bukan untuk membakar dendam

setangkai bunga, sebatang lilin
bukan lambang perlawanan
tapi kelembutan sebuah hati
yang mungkin teralpakan

setangkai bunga, sebatang lilin
kupersembahkan padamu
agar tumbuh, agar menyala
dalam keabadian
: "terimalah.... "



Denpasar  18 01 2016 - ilustrasi : google

TERSIRAT


mengukur panjang dan pendek
di antara puisi dan prosa
tak juga dapat kau baca
gairah yang tersembunyi di balik makna



Denpasar 21 01 2016

Selasa, 19 Januari 2016

NAPAS PUISI


kita pun telanjang di depan kata-kata
ketika mencoba menyusuri setiap lekuk makna
yang tersisa hanya napas puisi


Denpasar 20 01 2016 - ilustrasi : google

JALAN TAFAKUR




hari-hari yang membusungkan waktu
memanggil dengan segala rayu
sudah teraba di balik dada segala debar
untuk menisbikan segala ingkar
sebelum semua kesucian terbayar

daun sirih yang menjadi percakapan
menghembuskan angan menuju pelaminan
di antara bantal dan guling yang sama
pada malam yang penuh dekapan
di mana kehangatan mengalir
ke seluruh pembuluh darah

tak ada yang diharapkan selain
membiarkan semua kembali berdesir
di mana setiap lenguhan menjadi zikir
bukan lagi sebagai musafir
tapi untuk sampai ke jalan takdir
menyatu dalam ketafakuran

DPS 11 01 2015 - ilustrasi : NA

PEREMPUAN NARASI




perempuan yang berdiri di ambang pintu
tak lagi mengetuk dengan penuh kutuk
sesekali menjalin rambutnya
dengan seulas senyum kedamaian
selesai merampungkan sisa malam

: "jangan lagi kau bertanya hak dan kewajiban
telah kutata piring dan gelas di atas meja
di antara menu makan siang dan malam!"

perempuan yang melangkah di sepanjang jalan
menyusuri bayangan sepanjang tahun
di antara terik matahari dan kuyup di bawah hujan
kini tak pernah lagi mengenakan gaun
sebab tahu terpanggang atau tergenang
hanya sisipan untuk setiap pengharapan

: "jangan lagi kau bertanya tentang awal dan akhir
di antara pertemuan dan perpisahan
di antara keriangan dan tangisan
kecuali sebagai dongeng untuk setiap kisah
jika cinta tak pernah lelah untuk berbagi"

perempuan itu tak lagi di ambang pintu
tak juga melangkah di jalan yang lengang
di antara desahan napasnya yang lembut
ada gairah puisi yang terus memagut
untuk dibaca sebagai narasi yang panjang
tanpa awal atau tanpa akhir

Denpasar 05 01 2016 - Ilustrasi N art

3 (tiga) puisiku di INDOPOS edisi hari ini 26 Dec'15


1 MENYIANGI SEGELAS PUISI

pagi ini aku bergegas melipat seluruh impian
menyapu keresahan, membentangkan
harapan baru di ranjang, membuka tirai jendela
matahari berpendaran di lantai kamar
tak ada lagi yang aku pikirkan dan kurasakan
apalagi erangan dan desahan-desahan panjang
kusimpan. biarlah hanya menjadi kenangan

pagi ini, aku menutup pintu kamar
biarlah seluruh impian tersimpan di dalamnya
tapi jika kau ingin membukanya, bukalah
hanya di sana mungkin tak ada lagi bau tubuhmu
suaramu pun sudah lenyap dari
seluruh langit-langit dan dindingnya
matahari telah menyerapnya entah kemana

dan matahari terus saja menyiangi diriku
tak dibiarkannya sedikit pun aku terpejam
sekedar meredakan sedikit kenangan
selalu saja ditepisnya dengan patahan setiap kata
tentang sebuah ruang tamu tanpa tempat duduk
sebagai tiket untuk sekedar menyapaku
apalagi sebuah boarding pass melewati batas pintu

maka kini aku hanya dapat memandu diriku
terbang dengan waktu-waktu dari sisa percakapan
mungkin hanya sekedar igauan yang tak perlu
kau dengar, meskipun dalam bahasa puisi

sebab ini hanya sebuah penuangan
dari gelas kopi yang kosong dan tandas pagi ini
hingga tak perlu kau tanyakan
bagaimana aku dan kau mereguknya bersama
atau bagaimana kopi itu pahit dan tertumpah
sebelum sampai jauh ke dalam rasa kebersaman kita
biarlah menjadi percakapan rahasia
di mana kita selalu bersama

DPS 2015

2/ SELEPAS DINIHARI

seekor anjing menggonggong tidurku
membuatku terjaga menjelang dini hari
dan di atap rumah sepasang kucing
mengawini musim yang birahi

seekor anjing dan sepasang kucing
menggondol mataku dari sisa kantuk
dan suara kekasih dari seberang
menggelitik telingaku lewat telepon seluler

aku pun terlempar dari ranjang
tanpa sepotong mimpi yang tersisa
kecuali suara cicak di dinding
berdecak tentang sajak yang tertunda

maka tidurku yang terjaga dini hari
kuhangatkan dengan secangkir kopi
sebagai penawar udara yang dingin
menunggu matahari membuka diri

seekor anjing, sepasang kucing
dan seekor cicak di dinding
kuaduk semua dalam puisi sederhana
untuk hari ini kita saling menyapa

DPS 2015

3/ Anak Laut

anak laut utara bermantera ombak
menyisir pesisir benua yang hilang
membelah ombak dengan doa musa
menyeberangi lautan seperti daratan

terbelahlah seluruh kesangsian
berlayar di atas kayakinan yang mapan
kembangkan layar angin meniupkan tujuan
anak laut adalah anak badai dan topan
seperti isa di ujung buritan
meredakan seluruh kegalauan

bau garam di udara tercecap di lidah
anak laut mebuihkan aksara
mencari ibu dari segala makna
menyibak tradisi melalui hempasan adat
di perbatasan samudra anak laut tersekat
dari impian yang belum juga tamat

Dps  26 12  2015

SIKLUS



siapa yang memburu dan diburu
kita telah mengejar dan dikejar
dalam setiap pertengkaran
dan kita tak pernah berdiam
selalu saja ada persoalan
untuk tidak pernah diselesaikan
pada saat kau atau aku lengah
tak ada perjanjian untuk berdamai

lolonganmu atau eranganku
adalah gairah-gairah tersembunyi
untuk menguasai atau dikuasai
menjadi cumbuan-cumbuan rahasia
tanpa perlu mengawinkan musim
kecuali saling mencakar dalam diam
dan menikmati setiap goresan
bukan sebagai luka untuk dimaafkan
melainkan menjilatinya dengan lidah panjang
hingga liur kita menetes-netes

dan kita pun tak pernah tahu
bagaimana awal dan akhirnya
ada siklus yang terus berputar
di mana cakar dan taring
selalu saja kita asah bersama
di antara tulang ikan dan tulang iga
tanpa memperdulikan perbedaannya
kecuali selera yang sama

Denpasar 07 12 2015

BUAH KARMA




waktu yang terkunci dalam kamar
telah kukangkangi seluruh cermin
bukan untuk bersolek dan mengukur
seluruh lekuk kesetiaan padamu

di sana di atas lantai yang dingin
di antara lemari yang menyimpan
setiap helai gaun dan kenangan
telah kulepaskan penuh kebebasan
di antara lipatan-lipatan tubuh
hanya untuk sebuah persembahan
dalam sebuah upacara bersamamu

tak ada lagi dusta yang dapat dikenakan
pada ketelanjangan jiwa kita
tak ada lagi seekor ular dalam apel
untuk kita telan bersama
sebagai buah simalakama
hanya disebabkan oleh karma yang sama

DPS 26 11 2015 ilustrasi : google

BURUNG SEGALA BURUNG





untuk apa bersayap jika tak dapat terbang
apakah hanya berlari seperti burung unta
di padang-padang yang terbuka

untuk apa berekor indah penuh keanggunan
jika seperti merak berbulu semarak
hanya untuk dipandang mata

untuk apa menjadi seekor burung gagak
jika terbang tinggi hanya untuk
memangsa anak ayam di balik-balik semak

untuk apa menjadi burung pungguk
jika hanya bertengger di bawah bulan
bermandikan cahaya kerinduan

untuk apa menjadi burung segala burung
jika tak berkicau atau memekikkan kebebasan
ke seluruh penjuru mata angin

maka aku pun memilih apa yang tak kau pilih
meskipun tanpa sebuah ungkapan
di mana kehormatan tidak untuk diajangkan

Denpasar 16 11 2015

MEMINTAL DASTER




sudah terlalu lama aku tak mengenakan daster
di udara yang pengap dalam pergantian musim
aku pun hanya dapat menyalin waktu
meski seluruh tubuh terpanggang atau menggigil
tanpa memberi sebuah pilihan sedikit pun
agar aku dapat menarik napas dengan lega
sejak matahari terbit dan tenggelam
bahkan hingga menjelang dini hari
ketika aku masih berada di antara tidur dan jaga

menyusun semua menu sepanjang hari
seperti menyusun hari-hari yang terus berulang
dalam sebuah mesin waktu yang terus berputar
tanpa pernah kutahu kapan semuanya akan berhenti
juga untuk menghentikan tanpa bilangan-bilangan
hingga napasku menjadi angka-angka perseteruan
meskipun untuk menyapa diriku sendiri

di antara tumpukan-tumpukan usia memintal tubuh
aku pun seperti sebuah jarum di antara jerami
tak ada sedikit pun kesempatan untuk mencarinya
dan selalu saja kutemukan ikatan-ikatan penjerat
tanpa ujung-ujung simpul sebagai awal atau akhir
sekedar untuk diuraikan dan drentangkan
menjadi sebuah busur pelangi di mana langit
dapat kubidik dengan seluruh kebiruannya
meskipun aku harus menjelmakan diriku
menjadi seekor burung tanpa sayap
bukan sebagai seorang perempuan yang menanggalkan
dasternya di bawah matahari atau rembulan
atau di dalam kamar yang selalu tertutup

DPS 11 11 2015

DIKSI DI BALIK GAUN





seharusnya kau mendengar suara hatiku
bukan karena lirihnya, bukan juga karena desahnya
tapi bagaimana senandung pada setiap helaan napas
jika pada saat langkahku bergegas menyusuri
setiap kegaduhan dan kesunyian bukan untuk
menjelmakan diriku sebagai seorang peri yang selalu
menjaga dengan setia bayangan sendiri
dan mematut-matutnya di cermin

hanya mungkin sekali waktu kau akan mendengar
bagaimana setiap langkahku
seperti kibasan-kibasan ujung kain
meskipun dengan langkah bersijingkat
di antara ikatan-ikatan adat yang menjerat
tanpa sedikit pun untuk dapat menoleh
ke balakang atau ke depan dengan kepala tengadah

langkahku adalah sebuah ibadah tanpa ritual
bukan di atas bunga-bunga yang mengharumkan duri
di mana setiap pijakan mengharumkan langkah
dan setiap bisikan bukan puisi tanpa diksi
di mana makna selalu dapat kau terjemahkan
menjadi napas birahi dari imajinasi yang terabaikan
jika di balik gaun ada malam membentang tanpa batas

DPS 06 11 2015

PENYAMAR MALAM



mungkin aku adalah perempuan penyamar malam
ketika siang hanya menguraikan rambutku
pada setiap helainya yang hitam legam
tapi mungkin kau tidak pernah tahu, ketika langit biru
di mana aku selalu tengadahkan wajah
aku hanya dapat memejamkan mata
melihat burung-burung melintas dengan kepaknya
hanya untuk memburu musim di mana arah mata angin
selalu memberi peta perjalanan untuk kembali
bagi setiap mahluk tentang tujuan awal dan akhirnya

sekali waktu aku tak ingin tengadahkan wajahku
sehingga aku tahu bagaimana menundukkan kepala
dan melihat setiap langkahku masih berpijak di bumi
serta jejakku masih dapat kubaca di belakang punggung
meskipun mungkin tak dapat sepenuhnya lagi berpaling
tapi setidaknya membuatku tak lagi gamang
untuk menentukan apakah harus terus melangkah atau kembali
sehingga tak perlu lagi menjadi perempuan penyamar malam
jika setiap keliaran dan kebinalan menjadi bagian
bukan untuk dihalalkan atau diharamkan

dan sungguh aku tak akan pernah menajiskan diriku
hanya untuk menyucikan setiap pengingkaran
sekalipun mungkin bukan lagi perempuan penyamar malam
sebab telah kutahu jika kelak semua tertanggalkan
sehingga wajahku tak tampak sedikit pun di cermin
tapi setidaknya aku dapat menyanggul setiap helai rambutku
juga dapat mengurainya seperti yang aku mau
tanpa pernah kuperduli sekusut benang dipemintalan
atau sebasah apa pun untuk ditegakan
kecuali mengukur panjang rambutku sepanjang usiaku
bukan lagi sebagai perempuan penyamar malam

Depasar 02 11 2015

RITUAL GERHANA




sudah kulalui mimpi yang malam
di antara jalinan akar-akar rambut
tak akan pernah kusibak
untuk mengibas angin di tengkuk
di antara bulu roma dan desah napasmu

mungkin aku perempuan jalang
pembalik ranjang dari kesucian pejantan
ketika waktu hanya mengulum nafsu
dari balik pintu-pintu kekuasaan
hanya untuk menjarah kenikmatan semu

dan aku hanya dapat mengamini kehangatan
untuk menandaskan setiap persekutuan
di mana setiap lekuk bayangan yang lesap
hanya untuk ditangkap dan lepas
tanpa sebuah perjanjian untuk ditunaikan

kecuali jika kau ingin ziarahi setiap penyesalan
sebagai aroma yang menguar dari tubuhku
untuk pemujaan tanpa batas, bukan kutukan peradaban
di mana perselingkuhan matahari dan rembulan
adalah gerhana sebagai ritual alam untuk ditasbihkan

Denpasar 28 102015 ilustrasi: google

PEREMPUAN WAKTU





seharum apakah bunga
hingga kau ingin menciumnya
seindah apakah kelopaknya
sehingga kau lekat-lekat menatapnya

secantik apakah parasku
sehingga kau memujanya
seelok apakah lekuk tubuhku
sehingga kau ingin tumpahkan birahimu

aku bukanlah hawa yang diturunkan dari kesepian adam
aku bukanlah rabi'ah yang melepas keikhlasan duniawi
aku bukanlah dewi sinta, dipuja rama dan dasamuka
di tubuhku tak ada sejarah perempuan

dari semua kisah itu yang ada hanya
bayanganku sendiri di mana selalu
membuatku khilaf dan terasing dari ruang dan waktu
itulah diriku tempat bersemayam jiwaku

DPS 13 10 2015

KETIKA TOHOR



jangan pernah menyelingkuhi malam
jika ujung gaunmu tak ingin terbakar
oleh cahaya rembulan dan meredubkan
setiap berkas cahayanya
hanya ingin membuat malam lebih kelam

jangan pernah mendustai matahari
dengan menyembunyikan bayangan
ketika langkah tersilap lekukan waktu
untuk meliukkan setiap cumbuan
sebagai pemufakatan sisa napas birahi
dan menzalimi keharaman
jika hanya ingin melahirkan penyesalan

jangan pernah menampung angin
dari sisa gelombang badai
jika kau hanya ingin mencecap buih
setelah laut pasang dari bibir pantai
hanya untuk menarik batas cakrawala
di antara ruang kasat mata

jangan pernah menorehkan senyum
setipis kuluman di sudut bibir
jika hanya ingin melengkungkan yang lurus
hanya untuk mengukur jarak sebuah hati
setelah kehormatan dinistakan sumpah dan janji

: kecuali jika semua sudah menjadi tohor!



 Denpasar 31 08 2015