Selasa, 30 September 2014

BUNGA KARANG




ketika embun masih berada di ubun-ubun kepala
dan sisa kantuk masih mengerjab di pelupuk mata
aku telah menanak seluruh waktu dan menyeduhnya
sebelum matahari menyiangi dinding rumah
memetakan bayangan ketambunanmu di sana
hanya untuk menyetubuhi keperempuananku
dengan seluruh umpatan dari kemandulanmu
sebagai seorang lelaki dari golongan kaum kasim
sedangkan aku terus kau biarkan dengan ketelanjanganku
mengangkangi kekosongan yang kau tinggalkan
hingga membuatku mengerangkan kesendirian

dan aku biarkan semua tulang-tulang rusukku patah
terpanggang terik yang hanya dapat kubasuh
dengan keringat dan airmata dari setiap titik pori-pori
hanya untuk bertahan dari kekalahan tetapi tetap saja
kau menistakannya sebagai perempuan sundal
yang bertulang punggung di mana sumsumnya kau hisap
dan nikmati sepanjang tahun hingga mengering
menjadi padang tandus yang terbuka oleh setiap ilusi
jika setiap helai rambut kelaminku dapat kau cabut
untuk membayar dan melunasi seluruh hasratmu

tapi jangan kau salahkan aku, jika aku tumbuh
menjadi bunga batu seperti kaktus berduri
di mana bau matahari menyetubuhiku sepanjang hari
dan perlahan-lahan membakar setiap percikan ludahmu
untuk kembali kau jilat sendiri dari apa yang pernah
kau najiskan dari keperempuananku
tak dapat lagi kau sentuh dengan telunjukmu
karena aku telah berdiri di sana
di luar perbatasan kesabaran yang telah kubangun
dari setiap butir batu yang pernah kau lemparkan
dan kelak menjadi sebuah bunga karang
yang tak akan pernah bergeming dari keyakinan

 
 
Denpasar 01102014 -ilustrasi : google

Senin, 29 September 2014

MENYIBAK DI LUAR MUSIM


ada suhu dalam tubuhku
mengepulkan keperempunanku
dan kau tahu itu
bagaimana teriknya merayapi
setiap pori-pori dan membakarnya

tapi kau tak juga menghembuskan
sebuah percakapan yang dapat
menjinakan setiap desah napasku
seharsunya kau tahu kebinalan
yang menguap dari setiap lekuk waktu
dapat menghanguskan kelelakianmu

jika tubuhmu menjadi kemarau panjang
jangan pernah kau berharap
dapat menuai kembali kesuburan
sekalipun dari sisa-sisa tubuhku
karena mungkin tak ada setetes pun
yang dapat kau reguk dari liang kehidupanku

kini aku sudah berdiri jauh di luar musim
di mana aku sudah dapat memetakan
sisa-sisa perjalananku untuk dapat
kunikmati sepenuhnya dengan seulas senyum
yang pernah kau rampas dan hilang
tapi kini aku telah menemukannya kembali

 
DPS 28092014 - ilustrasi :google

SEPI

terperangkap sepi
menggeliat sendiri
haruskah terus menanti
sampai menjelang dini hari
 

: pagutlah sebelum waktu berhenti

 

DPS 27 SEPT 2014

Koran Pikiran Rakyat Bandung tanggal 28 September 2014.



3 Puisi saya tayang di Koran Pikiran Rakyat Bandung tanggal 28 September 2014.


1/ HOLOCAUST

sejarah kembali berdarah
di tanahmu yang penuh rahmat
  dari Musa hingga Ibrahim
memburu impian tanah perjanjian
di antara bangsa kutukan dan pilihan

Musa yang menulis 10 hukum Taurat
di atas batu di bukit Sinai
tinggal hanya sebuah aksara tak terbaca
kemungkaran terus saja merayap
di atas badai gurun pasir yang luas

di sana matahari peradaban
terbit dan tenggelam hanya untuk
dendam sejarah yang panjang
dari keturunan Ibrahim

haruskah kau urapi tanah peradaban itu
dengan darah dan air mata
dari wanita dan anak-anak
hingga tersungkur di sudut-sudut kota tua
untuk membangun dinding ratapan

Sulaiman, lihatlah Daud, putramu
tidak hanya melontarkan buli-buli berisi batu
tetapi roket dan bom di mata di kening goliat
dari bangsa filistin yang masih tersisa
setelah memburumu dari kisah yang lain

tidakkah kau bercermin sebagai bangsa
yang selalu diburu di sepanjang abad
hingga sampai ke kamp-kamp pembantaian
di tanah Jerman yang dingin
diselimuti salju dan gas beracun

kini aku hanya dapat membaca
dengan setiap tetes airmata
yang jatuh pada setiap ayat
di dalam kitab-kitab suci-Mu

Denpasar 2014

2/ / MENJELMA DEWI DANU

melalui babad mengwi, aku menjelma dewi danu
jiwaku mengalir seperti sungai dan bermuara
di danau yang tenang dan luas membentang
hembusan udaraku yang sejuk akan membawamu
pada keelokan parasku di mana kau akan merindukanku

melalui babad mengwi, kau adalah pangeran dari
kekalahan dan kemenangan pada sebuah
pertempuran dan pertapaan yang kau hamparkan
di atas tanah yang terbuka oleh kehijauan
di mana kemakmuran menjadi impian panjang

melalui babad mengwi, aku menjelma kenangan
dan terkilir oleh harapan yang terabaikan ketika
aku mencoba bergegas melangkah menyusuri
anak-anak tangga kehidupan di mana aku
tak dapat membangun pura-pura impianku sendiri

melalui babad mengwi aku ingin tetap mengalir
seperti sungai yang bermuara di sebuah danau
yang tenang dan luas membentang
untuk membasuh seluruh impianku menjadi
sebuah kenyataan yang tak pernah terabaikan

Denpasar 2014

3/ TANAH LAUT

akhirnya aku tiba juga di tepi keyakinanmu
di antara keteguhan batu-batu karang
di mana air suci disimpan di dalam goa
yang dijaga oleh mantera ular-ular berbisa

tanah lot, tanah di atas laut, mengambang
dengan kisah para pertapa dari
sebuah perjalanan panjang di mana
matahari menyenjai dirinya dengan warna jingga
dan membuatku duduk terpaku dalam bayangan

di sini, di tanah laut ini, kakiku seperti
berhenti pada kisah masa lalu dari
sebuah tradisi yang tak pernah lapuk
tegar seperti karang, gairah seperti ombak
hingga menjadi pura-pura di atasnya

dan di antara desiran angin
yang menyibak anak-anak rambutku
dari gemuruh ombak
yang pecah di kaki-kaki karang

di sini aku mendengar dengung doa
di pelataran puramu melampaui
perbatasan-perbatasan zaman
di mana kau tak berubah, tak bergeming
dari kebebasan yang mencoba merengkuhmu

meskipun kau sewaktu-waktu
berada di antara
air laut yang pasang dan surut

Denpasar 2014

Kamis, 25 September 2014

SALUANG SI MALIN KUNDANG




suara saluang yang kau hembuskan
dengan penuh kemesraan dari ranah minang
mengalunkan sanjungan dalam sebuah pertemuan
untuk mendesahkan percakapan-percakapan
pantun dalam desahan-desahan gurindam

mari uda rampakkan resah dan gelisah
sebelum kau menjadi si malin kundang
meninggalkan tanah kelahiran
bukan sekadar menjadi batu yang menangisi
kutukan berkepanjangan
dengan telunjuk berkait kelingking
di mana langit tak lagi berjunjung
dan bumi tak lagi dipijakan

tabuhlah seluruh gendang dari nagari sembilan
sebelum kau hempaskan aku di pelaminan
dari sisa-sisa kerinduan yang terabaikan
dan jam gadang menghentikan waktu bersulang
mari tuangkan uda kibaskan jalan bersilang
sebelum adat digadaikan dengan napas tertahan
oleh pekikkan gairah dalam irama berzanji
yang menghempaskan di ceruk malam tak berbulan

 
Denpasar 2409 2014 ilustrasi ; google & pribadi

TEH TUBRUK



di keremangan teras rumah, daun-daun teh
berwana cokelat kehitaman itu
kuseduh di dalam gelas dan aromanya menguarkan
waktu yang pernah hilang di mana kita pernah duduk
menghirup dan menyeruput setiap percakapan
dan melepeh-lepehkan setiap kata tak bermakna
seperti melepeh-lepehkan daun teh
yang tersangkut di bibir kita di antara manisnya
dari ilusi-ilusi yang kita ciptakan dengan kemesraan

tapi kini kau tak ada lagi di teras remang itu
kecuali teh yang kuseduh sendiri dan mereguknya
juga dalam kesendirian sambil mengingatmu
dari seluruh kenangan ketika kita duduk bersama
seperti sisa ampas teh di dasar gelas
dan aku tak ingin mereguknya lagi hanya untuk
melepeh setiap daunnya dan membiarkan malam
menutup teras dengan warna kelamnya

kecuali aku akan menyeduh teh tubruk itu kembali
di dalam impianku nanti tanpa melepeh setiap daunnya
sebelum menjadi ampas keesokan harinya

 

DPS 21092014

Kamis, 18 September 2014

PILIHAN




kadang aku ingin membagi senyumku padamu
tapi aku tidak lagi memiliki sepasang bibir
untuk merekahkan dengan seulas tarikan saja

kadang aku ingin menangis tapi aku tak lagi
memiliki sumber airmata di kedua mataku
karena lubuknya telah mengering oleh kemarau

kadang aku ingin memberimu sebuah isyarat
dari setiap gerakku yang sekecil apa pun
tapi aku hanya dapat diam terpaku

kadang aku ingin kau tak memahami semua itu
dan aku membiarkanmu berlalu
tanpa berpaling sedikit pun ke arahku

sebab mungkin itu sudah menjadi pilihanmu

 
Denpasar 1809
2014

Jumat, 12 September 2014

Puisi Puisi Alit



PISAU
mata pisau, berkilau
pada denyut nadimu

OMBAK
ombak menggulung kenangan
di sepanjang pantai

KOPI
secangkir kopi, kuseruput
di bibir senja

ALAMAT
 sebuah jalan menyimpan alamat
aku tersesat

DANAU
sebuah danau di matamu
menggenangi keteduhan

CINCIN
di jari manis kau kenakan
sebuah perselingkuhan

TUMIS
tumis jengkol. mengumpatmu
dalam sebuah sajian

BATU
hanya selemparan batu
rasa cintamu padaku



DPS 13 sept 2014

Puisi-pusi Alit



REMANG
dalam remang
tercipta bayang-bayang

MERETAS
sekelopak demi sekelopak
meretaskan bahasa bunga

SENJA
senja merekah jingga
di pipi dara jelita

SUNGAI
mengalirlah sungaiku
ke hulu kalbu

BUTIR EMBUN
airmatamu menetes
serupa embun

KELAM
malam melepas kelam
pada cahaya bulan

LEKUK
di lekuk tubuhmu
malam tersimpan

ERANGAN
di sela-sela erangan
kau terpejam

MATAHARI
matahari membias
di selangkangan waktu



 


Denpasar 12 Sept 2014

Senin, 08 September 2014

SAGU





 bau tanah itu selalu saja tercium olehmu
: 'aku ingin pulang,' katamu
sambil mengunyah sisa sagu di mulutmu
ketika aku sedang mencuci piring
dan mengepel lantai rumah yang kotor
di mana jejak kaki dan puntung rokokmu
bertaburan di seluruh sudut rumah

aku tidak tahu lagi bagaimana mengecat
seluruh dinding rumah yang kusam
dan retak-retak di sana sini
ketika aku harus melunasi semuanya
dengan mengangsur seluruh kehidupanku
ketika kau hanya membayarnya
dengan ejakulasi dini di tepi ranjang

selalu saja kau katakan: 'pulang!"
tanpa pernah kau bayangkan harga tiket
pulang dan pergi untuk kerinduanmu
dari kesepian adat dari warna kulitmu
jika semakin lebih legam dari
warna tanah kelahiranmu

kadang aku ingin memberimu selembar tiket
untuk tidak pernah kembali
agar kau dapat menghirup bau tanah
seperti kau mengunyah sagu



Denpasar  09092014 – ilustrasi : google

Minggu, 07 September 2014

PEREMPUAN BERGAUN BIASA



gaun itu memang tak lagi berwana jingga
telah kusampirkan semusim yang lalu
ketika kau berpaling dan menepis bayanganku
hingga aku hanya dapat melangkah sendiri
menyeberangi batas cakrawala yang selalu
kita lalui bersama sebelum malam terpejam

dan aku mencoba bersijingkat dari percikan sisa impian
ketika aku terlelap di siang hari
pada saat terjaga kutemukan sebuah puisi
tertulis pada setiap lipitan gaunku

aku kemudian mencoba menyampirkan gaunku
di beranda malam menepiskan kelam
dan berharap bulan menyianginya
setidaknya sebutir bintang yang mengerjap
meskipun dikejauhan sebagai sebuah harapan

jika kau berada di sana melambaikan tangan
mungkin masih ada impian yang kau janjikan
untuk disematkan pada gaunku
hingga aku dapat kembali tengadah
dengan seulas senyum di sudut bibirku
tanpa sebuah goresan yang tajam
tapi sebuah lengkungan pelangi

dan aku berharap akan membuatmu
menatapku lekat-lekat seperti dahulu
bukan sebagai seorang peri
tapi sebagai seorang perempuan biasa
seperti sebagaimana nyatanya

 


DPS 08092014

TERSEKAP DALAM BISU




berulangkali tersekap dalam kebisuan
kau buat menggigil dalam kesunyian, kekasih
kecemburuan yang membakar hasrat purbaku
telah melepasku dalam kegalauan

Kutahu rasa itu masih tetap ada
melekat seperti daun pada tangkainya
hanya waktu yang bisa mengubah
dari coklatnya tanah menjadi hijau
walau melebur tapi aku tak ingin lupa

mungkin hanya lewat kata
akan kutuang rindu ini
karena kata adalah mantra
sebait saja dimengerti
menyampaikan suara hati

menjelmalah sebutir mutiara
di dalam gelapnya sukmaku
tanpa aku harus menorehkan
sebaris pesan untukmu...

 
DPS 08 Sept 2014 - ilustrasi : google


Rabu, 03 September 2014

Jendela Senja



jendela senja itu selalu terbuka
tak pernah kututup. sebelum kupetik bunga itu
dan kudekap di celah dadaku yang selalu terbuka
seperti gaunku yang berhiaskan warna pelangi

di sana, di balik perbukitan itu yang membuatku
tak dapat berlari, ketika kau menatapku lekat-lekat
dan aku hanya dapat membiaskan seulas senyum tersipu 

sebab kau tahu setiap helaan napas puisiku
mendendangkan seluruh langkah bersamamu....



DPS 03092014

CEMPOR


Jangan pernah kau menjadi dalang
dan memainkan anak wayang
dari sebuah kotak yang salah

karena kau akan kehilangan peran
dari seluruh permainan
juga kisah dari rama dan sinta

di sana kau akan kehilangan cinta
dari seluruh bayangan
di balik lampu campor yang bercahaya

 


DPS 03092014- ilustrasi  : google

KEPASTIAN



jangan pernah kau bertanya
kapan aku menggapai
sebab kau tahu aku selalu melambai

jangan pernah kau bertanya
kapan aku melangkah
sebab kau tahu aku telah sampai

jangan pernah kau bertanya
mengapa aku selalu menatapmu
sebab hanya kau pilihanku

jangan pernah kau bertanya
hatiku yang tersimpan di balik kerinduan
tak pernah memberimu harapan

kini aku menunggu seluruh jawaban
dari tempatmu berdiam
dengan penuh kesabaran dan keyakinan

 
 
 
DPS 02092014 - ilustrasi : google

Selasa, 02 September 2014

LOGARITMA TUBUH



kalah dan menang, begitu selalu kau menghitung
dengan sebuah logaritma
tetapi selalu saja gagal menarik deret ukur
dari sudut-sudut siku dari setiap akar masalah
sehingga kau tak tahu lagi berapa quadrat
atau berapa derajat martabatmu
ketika aku melepas seluruh malam dari
setiap lekuk tubuhku hanya dengan sebuah bisikan
untuk merayu setiap jawaban menjadi erangan

kau pun hanya dapat terpejam dengan kepala tengadah
setiap kali kau menarik garis sebuah lingkaran pada tubuhku
hanya untuk meyakinkan dirimu, jika kau dapat
mendefinisikan pinggul dan dadaku
dengan skala perbandingan sebuah garis imajiner
di mana saat aku terdiam atau mengerang
ketika kau menyentuh setiap ke dalaman atau kedangkalan
dari setiap pelampiasan sebagai sebuah rumusan
yang tak pernah selesai kau jabarkan

selalu saja kau akan sampai pada pertanyaan tak terhingga
jika semua hanya dapat dipahami secara relatif
tanpa sebuah logika lagi kecuali untuk sekedar dipahami

 
 
Denpasar 25082014 – ilustrasi google
 

Jangan Biarkan


jangan pernah kau biarkan senja berlalu
hanya karena kau tak dapat
membiaskan rasa rindu
sebelum malam memelukmu
dan kelam menjarah seluruh tubuhmu

di pintu waktu aku
akan selalu menunggu
membasuh seluruh hasratmu
agar kau tahu
 

: jika aku bagian dari semua lipatan bayang-bayangmu

 


Awal Sept 2014

Bule-Bule Senja

bule-bule di status senja
menawarkan percakapan
dari seberang dunia maya
dengan napas tipu daya
menyapa dengan rayuan
udang di balik batu

sejak dulu aku telah mengenal warna senja
yang dapat kuhirup dengan napasku
hingga membuatku merona dalam cahaya jingga
sebab sudah kutahu apa mau dan maknanya
: maka biarkan warna jinggaku menghapus semuanya

 


27 AUG 2014