bau tanah itu selalu saja tercium olehmu
: 'aku ingin pulang,' katamu
sambil mengunyah sisa sagu di mulutmu
ketika aku sedang mencuci piring
dan mengepel lantai rumah yang kotor
di mana jejak kaki dan puntung rokokmu
bertaburan di seluruh sudut rumah
aku tidak tahu lagi bagaimana mengecat
seluruh dinding rumah yang kusam
dan retak-retak di sana sini
ketika aku harus melunasi semuanya
dengan mengangsur seluruh kehidupanku
ketika kau hanya membayarnya
dengan ejakulasi dini di tepi ranjang
selalu saja kau katakan: 'pulang!"
tanpa pernah kau bayangkan harga tiket
pulang dan pergi untuk kerinduanmu
dari kesepian adat dari warna kulitmu
jika semakin lebih legam dari
warna tanah kelahiranmu
kadang aku ingin memberimu selembar tiket
untuk tidak pernah kembali
agar kau dapat menghirup bau tanah
seperti kau mengunyah sagu
Denpasar 09092014 – ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar