Kamis, 25 September 2014

TEH TUBRUK



di keremangan teras rumah, daun-daun teh
berwana cokelat kehitaman itu
kuseduh di dalam gelas dan aromanya menguarkan
waktu yang pernah hilang di mana kita pernah duduk
menghirup dan menyeruput setiap percakapan
dan melepeh-lepehkan setiap kata tak bermakna
seperti melepeh-lepehkan daun teh
yang tersangkut di bibir kita di antara manisnya
dari ilusi-ilusi yang kita ciptakan dengan kemesraan

tapi kini kau tak ada lagi di teras remang itu
kecuali teh yang kuseduh sendiri dan mereguknya
juga dalam kesendirian sambil mengingatmu
dari seluruh kenangan ketika kita duduk bersama
seperti sisa ampas teh di dasar gelas
dan aku tak ingin mereguknya lagi hanya untuk
melepeh setiap daunnya dan membiarkan malam
menutup teras dengan warna kelamnya

kecuali aku akan menyeduh teh tubruk itu kembali
di dalam impianku nanti tanpa melepeh setiap daunnya
sebelum menjadi ampas keesokan harinya

 

DPS 21092014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar