Minggu, 07 September 2014

PEREMPUAN BERGAUN BIASA



gaun itu memang tak lagi berwana jingga
telah kusampirkan semusim yang lalu
ketika kau berpaling dan menepis bayanganku
hingga aku hanya dapat melangkah sendiri
menyeberangi batas cakrawala yang selalu
kita lalui bersama sebelum malam terpejam

dan aku mencoba bersijingkat dari percikan sisa impian
ketika aku terlelap di siang hari
pada saat terjaga kutemukan sebuah puisi
tertulis pada setiap lipitan gaunku

aku kemudian mencoba menyampirkan gaunku
di beranda malam menepiskan kelam
dan berharap bulan menyianginya
setidaknya sebutir bintang yang mengerjap
meskipun dikejauhan sebagai sebuah harapan

jika kau berada di sana melambaikan tangan
mungkin masih ada impian yang kau janjikan
untuk disematkan pada gaunku
hingga aku dapat kembali tengadah
dengan seulas senyum di sudut bibirku
tanpa sebuah goresan yang tajam
tapi sebuah lengkungan pelangi

dan aku berharap akan membuatmu
menatapku lekat-lekat seperti dahulu
bukan sebagai seorang peri
tapi sebagai seorang perempuan biasa
seperti sebagaimana nyatanya

 


DPS 08092014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar