Senin, 27 Agustus 2018

BETINANYA PEREMPUAN


menyusun matahari di luar musim
mengatur bulan di dalam malam
aku telah menyiangi seluruh waktu
untuk tak sekadar tumbuh
bersama hujan yang selalu luruh
pada setiap percakapan yang kuyup
tanpa desah napas berkepanjangan


sudah kudengar sabda langit
yang dikicaukan burung-burung
sudah kudengar sabda laut
yang dikabarkan ikan-ikan
sudah kudengar sabda bumi
yang menumbuhkan segala harapan

maka biarkan aku menjema gerhana
menciptakan bayangan demi bayangan
di antara lapisan-lapisan cahaya
tanpa harus terbakar atau lesap
hanya untuk sebuah pernyataan
di antara napas gender yang binal
: di antara betinanya perempuan

Denpasar 09 01 2017

SUMBA DI ATAS PELANA SABANA



kaukah lelaki yang duduk di atas punggung kuda
menunggang tradisi dengan pelana hinggi
memburu seluruh arwah di padang rumput terbuka
tempat segala moyang disemayamkan


mantra langit, mantra bumi, di ujung sabana
putra matahari berkandung ibu bulan
kaukah yang telah melembingkan tanah kelahiran
menjadi pasak-pasak pada setiap keyakinan

dengarlah suara nggunggi, melengking
dihembuskan dari bibir-bibir peradaban
di mana para lelaki kembali pulang
untuk memainkan jungga bersama kekasih

Denpasar, 06 03 2017



Catatan kaki
JUNGGA
Alat musik petik ini berbentuk seperti gitar kecil dari kayu
NGGUNGGI
Alat musik gesek tiup masyarakat Sumba.
HINGGI
Kain digunakan para lelaki....

PEREMPUAN DI LEKUK ZAMAN


-- kartini


sudah kukenakan kebaya
dalam gelap menuju terang
menuliskan surat-surat malam
pada awal dan akhir bulan april
tanpa kutahu sampai di tanganmu
melalui pos-pos sejarah
tanpa peta dan alamat kaumku


sudah kukenakan jins dan bleser
melangkah di bawah lampu penuh cahaya
lebih cepat dari setiap bayangan gelap
untuk tidak lagi sekadar membaca dan menulis
tetapi juga melalui tindakan dan perbuatan
pada sisi sejarah yang lain
di mana kodrat sebagai perempuan teralpakan

di dalam gelap, di dalam terang
aku adalah perempuan
untuk selalu hadir pada lekuk zaman
mewariskan keturunan
dari generasi ke generasi
di mana gairah kehidupan tetap terjaga

denpasar 2017

BENANG


tak juga kutemukan dirimu
di lubang jarum
ketika aku jatuh di tumpukan jerami

seperti benang yang basah
tak ada lagi yang bisa ditegakan
aku hanya mengurai benang kusut
tanpa tahu ujung pangkalnya

lalu di mana ikatan harus disimpulkan?

jika layang-layang putus talinya
tinggal benang putus di tangan
di mana lagi kenangan dilangitkan

maka biarkan kupintal benang
menjadi kain
meskipun bukan untuk kukenakan
tapi tahu cara melipit harapan
jika ada bagian tak dapat dilupakan
pada setiap sisi kehidupan

Denpasar 30 04 2017

DI LUAR TUBUH


percakapan musim di luar tubuh
tak juga memberimu isyarat
meskipun langit penuh cahaya

hanya laut, katamu, tempat ziarah

tak ada memang untuk ditaburkan
selain keharuman kenangan
meskipun tak ada lagi jejak di sana
di mana bau tubuhmu masih tersimpan

di sela waktu kadang aku menyelinap
mencuri setiap kesempatan
meskipun aku hanya dapat mengerang
menyapa kebisuan yang meradang

tak ada percakapan, katamu

dan kita lindap dalam kebisuan
sambil menghitung waktu berkelindan
ternyata semua begitu cepat
kita pun seperti sabut di laut lepas

Denpasar 09 05 2017

KARAOKE


di ruang itu
kita mencoba menyanyi
mengunyah irama
menyimpulkan setiap nada


dan suara kita
terlalu sumbang
mengumandangkan
kenangan
menjadi bagian
tak terlupakan

di sana kita bertahan
melepas rindu
bukan sebagai ungkapan
tapi penyesalan
jika semua tak pernah terulang

kita pun hanya menunggu waktu
di luar jam yang membilang

Denpasar 19 05 2017

BEACH


di atas pasir pantai kuta
masih ada jejak lautmu
ada buih dan gelombang
membuatku selalu terdampar
tanpa pernah kutahu
di mana harus menambatkan
semua kenangan
bukan sekadar kerinduan
untuk datang dan pergi


di atas bentangan pantai sanur
masih ada kisah tertambatkan
untuk tidak sekadar diceritakan
dalam bahasa puisi dan prosa
tanpa pernah kutahu
di mana awal dan akhirnya
setiap percakapan
kecuali menautkan tatapan
bukan sebagai nelayan
menambatkan perahu
di sepanjang bibir pantai terbuka

di tepi pantai berdinding pandawa
gema ombak suaramu memantul
tak perduli pada terik
dan pasir yang berkilau
jika semua tak ada yang sia-sia
kecuali yang terpahat
pada dinding jiwa yang abadi
tanpa menyebut atas nama cinta
tempat mengurai segala duka
menjadi gema tertawa bersama
di dalam suka tak ada habisnya

di tepi pantai tanah lot senja mengatup
dalam drama tarian kecak
di mana cinta dan prahara
tak pernah usai dipentaskan
kecuali untuk terus dilakonkan
sebagai anak manusia dengan kodratnya

Denpasar 13 06 2017

TABLO


di panggung mana lagi
aku harus berdiri
ketika kata menyeret jauh
ke dalam setiap makna
suaraku, masihkah kau dengar
di antara napas yang tersengal


selalu saja kalimat-kalimat patah
pada setiap ungkapan
menjadi bisikan-bisikan liar
seperti perempuan sundal
di puncak birahi yang banal

di luar dan di dalam panggung
aku hanya sebuah lakon
untuk menerjemahkan semua kisah
tanpa pernah memahami maknanya
dan usai di akhir pertunjukan

kini aku hanya dapat memainkan
sebuah tablo bagi diriku sendiri
untuk kuterjemahkan
jika setiap gerak dari lekuk tubuhku
adalah kisah yang lain
tanpa pernah dapat dipahami
: aku tak perduli...


Denpasar 19 06 2017

KESINTALAN WAKTU


Begitulah hari-hari yang kupercaya
Matahari melintas di sepanjang waktu
Bulan melintasi keluasan ruang

Di sana aku terus berpendar, menggeliati musim
Di mana tubuhku memadatkan setiap lekuk kejandaanku
Meskipun melampaui keranuman perawan

Tapi setidaknya tetap kujaga kesintalan keperempuananku

Dps 30 05 2018

SANUR






di bibir pantai, lidah-lidah ombak
mengucap dalam derai gemuruh
orang-orang dari negeri yang jauh
menyeberangi waktu
melepas tubuh di sepanjang sanur
berselimut pasir dan hangatnya mentari

ini negeri kayangan
tempat para dewa bersemayam
dalam sesajen, dupa dan doa
di mana peradaban diritualkan
dengan galeman dan tarian

senandungkan dan liukan
setiap irama dan gerak harmoni
seperti ombak yang mengalun
atau menghempas sepanjang waktu
menjadi sabda keheningan
tempat berdiam jiwa yang tenang

Denpasar 29 Juni 2018 ( Tifa Nusantasra)


WARISAN PERADABAN





laut adalah jiwaku yang mengalun dan bergelombang
sesekali aku menghempaskan diriku pada setiap pulau
di mana pantai-pantainya membuka dirinya
untuk selalu datang dan pergi

apa lagi yang dapat kulukiskan
dari seluruh lekuk dan liku tanah airku
ketika gunung dan lautan mencapai
puncak ketinggian dan keluasan
di sana seluruh harapan tersimpan
dari masa lalu hingga masa depan

apa lagi yang dapat kudengarkan
ketika kicau burung-burung terbang
membawa seluruh tradisi lisan di paruhnya
dengan pantun anak-anak bangsa
dihembuskan angin dari delapan penjuru
tentang adat dan istiadat para leluhur
sebagai warisan peradaban
di mana anak-anak negeri bersantun

apa lagi yang dapat kuterjemahkan
ketika seluruh aksara menjadi satu bahasa
di mana seluruh anak-anak negeri
mengibarkan seluruh semangat kebangsaan
meskipun berbeda-beda hanya satu
di sanalah napas dan ruh bangsaku
tak lekang di sepanjang waktu

Denpasar  23 Juli 2018 - ( Tifa Nusantara)

"Penanam Bunga di Luar Musim"


seharusnya kau tahu
tidak semua bunga harum baunya
sebenarnya kau juga sudah tahu
bunga itu telah tumbuh di luar musim
tanpa pernah kau tahu siapa penanamnya


kini kau masih juga berbicara tentang kelopak
tanpa pernah kau memahami jenis bunganya
sambil bertengkar tentang mahkotanya
apakah terbuat dari lilin atau plastik
hanya untuk menyampahi seluruh ingatan

dan kau baru memahami bunga itu
setelah menyadari duri pada setiap tangkainya
jika ternyata lebih tajam dari sekadar harumnya
untuk tidak pernah kau percaya
jika cinta melebihi semua pengorbanan

Denpasar 03 06 2018

ARAKAN

-- Catatan untuk Rohingya


ada cermin yang pecah
di wajah budha
ketika kemiskinan dijarah
dari lembaran sejarah
suatu anak bangsa
tak memiliki tanah merdeka
dan terasing di tanah kelahirannya sendiri
sebagai manusia-manusia perbatasan
kecuali sebagai buruan
dari anak-anak bangsa lainnya


dan di sana, di mana keyakinan
menjadi alasan untuk setiap kebencian
menjadi sebuah pertunjukan
dari sebuah peradaban yang kalah
jika harkat dan martabat
hanya sebuah hikayat dalam doa
untuk mencapai nirwana

lalu jubah apalagi yang harus dikenakan
ketika setiap helainya hanya menjadi selimut
kemurkaan yang membentang
menjadi sebuah ladang pembantaian terbuka
ketika anak-anak sejarah yang kalah
hanya menatap masa depan
dengan airmata sebagai ratapan belas kasih
tak tertampung lagi di wajah budha

di balik cermin wajah budha yang terluka
kini hanya ada jari-jari stupa menunding langit
di mana cahaya dan kebenaran
hanya susunan waktu dari setumpuk batu
pada sebuah keyakinan yang rapuh
dan menunggu reruntuhan sebagai
sebuah arakan dalam sejarah yang tak terlupakan

Denpasar 06 09 2017

BANDUL


ketika aku sudah bertubuh
kau masih juga mencari bayangan
ada pecahan-pecahan cahaya
di lantai tempat di mana aku berpijak
hanya mengendapkan kecemasan


dan kau masih saja melepas senyum itu
sebelum aku dapat mengulumnya
dalam bahasa isyarat, kau melapisinya
dengan kebijakan-kebijakan kalimat
tanpa pernah aku dapat memahaminya

kita pun berayun pada bandul jam
menghitung keberuntungan dan kekalahan
tak perduli jika senja sudah di ujung waktu
sebab kita tidak ingin semua menjadi sia-sia
di mana ketiadaan itu adalah kesempurnaan

meskipun kelak kita hanya menjadi
seekor kupu-kupu putih yang menyeberangi
pekarangan rumah tempat kita
berdiang dan mengepakkan sayap
dalam kesunyian yang abadi

Denpasar 19 9 2017

PADA MUSIM YANG BERBEDA


melepas musim seperti melepas gaun
setelah kau tak lagi menyibak
setiap desah napasku
hanya untuk semua perhitungan
tentang awal dan akhir percakapan


kau berbicara tentang langit
aku berbicara tentang bumi
kau melayang seperti burung
aku melata seperti seekor kadal
kau berbicara tentang matahari
aku berbicara tentang rembulan

tapi entah kenapa,kita tak juga temukan cahaya
kecuali kau menerawang sesosok tubuh
yang selalu menggeliat dalam bayangan
sebagai sebuah halusinasi
padahal aku telah menampakkan wujudku
sebagaimana adanya

maka kini biarkan aku menyeberangi
setiap musim yang panjang
mengembara dalam pencarian
dan menyetubuhi setiap harapan
meskipun harus tiba dalam kekosongan

tetapi setidaknya keheningan itu
menjadi benih-benih kerinduan
dari apa yang pernah kau tanam
meskipun kelak hanya seperti belukar
tempat tumbuhnya bunga-bunga liar
tapi di sana, aku yakin akan datang
seekor kupu-kupu putih
menyerpihkan serbuknya

dan kutahu itu adalah sebuah pertanda
kau pernah ada dalam sayap-sayap waktu
di mana kita pernah mengepaknya bersama

Denpasar 30 09 2017

DI SALASAR WAKTU


bagaimana harus berbicara tentang ombak
jika luas laut tak pernah kau pahami sebatas cakrawala
bagaimana harus berbicara tentang awan
jika luas langit tak pernah kau terawangi
bagaimana harus berbicara tentang senja jatuh
jika hari-hari yang kau lintasi, menyita semua langkah
tanpa pernah sadar di mana tempat berpijak
jika sekadar ingin menjadi orang bijak


saatnya memang bukan lagi bertanya
dan melempar semua jawaban dengan kemarahan
sudah kuhidangkan menu di atas meja
sampai waktu begitu basi, tak juga tersentuh
oleh lidahmu yang tak pernah menyecap
sebutir garam pun di ujung atau pangkal lidah

jangan pernah lagi kau berkisah tentang
sebatang pohon berdiri tegar tanpa akar
meskipun dalam sebuah kelakar
jika semua tumbuh dari buah zakar yang sama
di mana setiap benih selalu ditaburkan
dan kasih sayang dilahirkan di pelaminan
untuk diumbar di seluruh salasar
maka kini aku memilih tak berkabar

Denpasar 01 10 2017

DI LEKUK USIA


doa yang kuaminkan di hari minggu
telah menjelma sayap-sayap merpati
di mana ruh dihembuskan
dari keimanan yang teguh


maka kini, biarkan aku menutup
semua keperempuananku
meskipun bukan sebagai perawan suci
sebagai juru damai, bagi diriku sendiri

dan inilah sujudku. di lekuk usia
di sisi waktu

Denpasar 09 10 2017

TAFSIR GUNUNG


masih dapatkah kutafsirkan
puncak dari seluruh keangkuhan
selalu diselimuti kabut
di mana udara yang gigil
membekukan seluruh jalan darah


ada keanggunan yang tersimpan
di celah-celah kaldera terbuka
dari sisa-sisa letupan magma
mengalirkan garis-garis lahar
di mana gairah yang panas
membeku di sepanjang arus sungai
sekadar menandai kembali kehidupan

dan kita pun tahu batas-batas ketinggian
pada sebuah permukaan
bukan hanya melalui jalan pendakian
tapi juga berdiri di tubir rahang jurang terbuka
tanpa kita tahu kedalaman untuk jatuh
dalam sebuah ukuran kepastian

kadang kita pun harus menarik jarak
sebagai pengungsi semua kecemasan
dan menatapnya dari kejauhan
jika di sana ada segunung misteri
untuk selalu ditafsirkan kembali

Denpasar 10 10 2017

GINGSUL


kini aku boleh tersenyum
tanpa perlu kau pinjamkan

waktu yang gingsul
lenyap sudah di celah bibir

mari kita tersenyum bersama
meskipun tanpa mengulumnya

Dps 13 10 2017

PEREMPUAN PANTAI


di pantai mana lagi ada ombak
merayu dengan buih-buihnya
untuk selalu memanggilku kembali
mencumbui semua kebebasan


dari garis pantai hingga sejauh mata memandang
di antara batas langit dan laut yang menyatu di cakrawala
sudah kuhirup bau garam di udara
tempat di mana aku mengasinkan seluruh perjalananku

maka kini apakah aku harus kembali bertanya
di mana lelaki yang menyimpan perahu, pembuka layar
agar aku dapat mengarungi semua sisa perjalanan
sebagai perempuan pantai yang duduk di
singgasana istana pasir?

haruskah aku menunggu gaunku yang basah
sampai mengering dihembus angin
tersingkap oleh naluri dan ilusi
jika semua adalah waktu di luar kodrat dan takdir

deru ombak itu terus menggulungku
dengan selimut buih-buihnya
tanpa pernah dapat aku pahami
apakah itu jawaban atau pertanyaan tanpa akhir
: aku hanya dapat memahaminya dalam kebisuan....

Pantai Pandawa – Bali 30 10 2017

MONOLOG DI LUAR PANGGUNG


sungguh aku tak pernah mencari malam
tak juga mencari siang untuk sekadar
menikahi bayangan agar dapat mengenal lekuknya
di mana aku dapat menggeliat dan menerjemahkan
sebuah monolog di akhir pertunjukan


sungguh, aku tidak ingin mengatakan
jika sebuah peran berakhir pada sebuah pertunjukan
dan kau hanya mengenalku
di atas panggung sebagai anak wayang
tanpa pernah mengenalku di luar panggung

sungguh, di atas sana, aku dapat menjadi apa saja
aku dapat bernyanyi dan tertawa
juga menari meskipun di luar cerita
tanpa perduli kau suka atau tidak suka
atau mengaguminya tanpa kau tahu
jika aku sudah terlempar ke luar diriku sendiri

sungguh, kau tak lagi pernah percaya
jika diriku tinggal selongsong tubuh tanpa ruh
di mana setiap peran berbalik memainkan diriku
dan selalu meninggalkanku
di sudut di belakang panggung

sungguh, di sana kelak kau akan menemukanku
jika aku bukan sebuah bayangan
dari sebuah peran di mana semua peran
datang dan pergi menyetubuhiku
kecuali, menyisakanku sebuah keterasingan
pada diriku sendiri

Denpasar 08 11 2017


Catatan:
sehabis menyaksikan pementasan monolog
di Sanggar Tari Warini - Denpasar

KOTA PILIHAN


di kota mana lagi kita akan bertemu
bertegur sapa dan canda
melunasi semua kerinduan
dari setiap kesilapan dan kealpaan
menjadi sebuah ikatan dalam kekeluargaan


namun selalu saja ada yang hilang
ketika mencuri setiap kesempatan
di antara bilangan-bilangan menyesatkan
menjadi terdakwa setiap opini imajinasi
ketika halusinasi kehilangan bayangan

dan kita pun menciptakan kembali sebuah kota
untuk mengulang semua peristiwa
tapi tak pernah sampai di bandar-bandar kenangan
untuk mengumpulkan ingatan yang berterbangan

hanya ada sebuah kota tempat kita pulang
tempat kita menunggu semua berulang
di mana setiap kelok dan simpang jalan
tak pernah menyesatkan setiap langkah
untuk selalu sampai pada tujuan

Denpasar 14 11 2017

TIANG LISTRIK ELEKTRONIK


sejak saat itu aku tak lagi
mendengar tiang listrik
ditabuh orang
sebagai penanda waktu
entah ke mana perginya
para penjaga malam


sejak itu pula aku tak lagi
melihat lampu-lampu merkuri
menyiangi setiap sudut kota, sekadar
memberi cahaya setiap warganya
mengidentitaskan secara elektronik
semua impiannya yang tertunda

waktu telah berhenti di tiang listrik
dan aku melihat semua warganya
hanya dapat menabrakkan semua umpatan
karena tagihan rekening menumpuk
tersangkut pada tiang listrik
oleh arus listrik yang padam dan menyala
tanpa pernah dapat menduganya

Denpasar 20 11 2017

LOGARITMA TUBUH


bagaimana kau dapat mengukur
pinggang dan buah dadaku
dari panjangnya bayangan
hanya dengan satu gerakan
dan pantulan cahaya


padahal kau tahu setiap kecepatan cahaya
di dalam ruang hampa melebih kecepatan suara
di mana setiap desah tak akan pernah sampai
puncak orgasme tubuh yang mengejang
setelah semua keseimbangan diruntuhkan

tapi kau masih saja membilang
dengan ukuran tak terhingga
hanya untuk merumuskan kesaksian
jika aku adalah perempuan
setelah berdiri di atas ketelanjangan

dan kau baru memahami sejarah tubuh
dari tulang rusuk yang mengunyah buah terlarang
dalam sebuah grafitasi halal dan haram
di mana sebuah peradaban hanya dimulai
dengan selembar daun sebagai
penutup cahaya dan kegelepan

Denpasar 28 11 2017

RAINY DAY


di banjarbaru kita berjumpa
di mingguraya kita bercerita
puisi dan prosa menjadi langgamnya
berkosa kata tak ada habisnya


di mingguraya kulahap menunya
soto banjar dan jus kuwini
terhidang dalam percakapan sederhana
menjadi puisi di panggung terbuka

di banjarbaru, di mingguraya
kita pun berpesta tentang hujan
di awal bulan desember
di bawah payung kebersamaan
tempat meneduhkan hati dan rasa
dengan penuh ketakziman

Denpasar 06 12 2017

BINGKAI


perempuan yang menyamarkan tubuhnya
setiapkali menggeliat sambil menguap
adalah perempuan yang sudah mengurai
setiap helai rambut hitamnya
bukan sekadar bayangan 
berlekuk mesra

dan itulah aku yang sebenarnya sudah kau tahu
jika aku tak hanya mengulum senyum
untuk membangkitkan imajinasimu
menjadi ilusi yang paling banal dan binal
di mana setiap tetes keringat
menjadi butiran hasrat mengental di ujung malam

ada saatnya memang aku menyalin rupa
tanpa mungkin pernah bertanya
di mana aku harus menyisipkan setiap kata
agar kau dapat tetap percaya setiap erangan
bukan dusta dalam skenario film biru
jika harus memekik tanpa orgasme

kini masih jugakah kau ingin bertanya
tentang seorang perempuan
meskipun telah tegak di hadapanmu
mencerminkan seluruh dirinya
sebagai ungkapan ketelanjangan jiwa
dengan senyumnya yang sederhana
meskipun mungkin tak seagung monalisa
di sebuah bingkai zaman renaisans
tapi ia sudah berikan apa yang dia miliki

Denpasar 13 12 2017

KESAKSIAN

(mengenang WS Rendra)


masih kudengar hingga kini
suaramu yang selalu mengalun
lewat sajak-sajakmu yang bijak
untuk selalu kusimak
tentang orang-orang
terasing dan tersingkirkan
dari kemunafikan peradaban


masih kudengar hingga kini
bagaimana kau mementaskan
sebuah perjuangan panjang
di atas panggung pertunjukan
yang juga tak pernah selesai
hingga ke jalan-jalan raya
untuk melawan kekuasaan korup
dan represif dari sebuah rezim

masih kudengar hingga kini
suaramu yang memantul
dan menggema di seluruh zaman
untuk terus membangun sejarah
bukan hanya dengan kata-kata
tetapi juga tindakan
untuk terus membongkar kemapanan

masih kudengar hingga kini
bagaimana kaumemberi
kesaksian-demi kesaksian
agar kehidupan tetap terjaga
seperti juga alam semesta
memberikan keseimbangan
atas semua karunia ciptaan-Nya

Denpasar 16 12 2017

CATATAN AKHIR TAHUN


ada selembar tahun lepas
tanpa almanak di dinding
di mana hari-hari menempel
seperti jam tanpa waktu
kecuali bilangan-bilangan
tak selalu terjumlahkan


ada selembar tahun terkaitkan
seperti rekening dengan saldo
di antara selisih pajak
pengeluaran dan pendapatan
untuk mencapai prosentase
di mana neraca kehidupan
harus tetap terjaga

ada selembar tahun lepas
ada selembar tahun terkaitkan
semua harus tercatat
semua harus diaminkan

DPS 31 12 2017

LUBANG KUNCI


seringkali kita tak tahu
apakah kita terkunci
di luar atau di dalam

kita pun tak pernah tahu
di mana sebenarnya
anak kunci itu tersimpan

kita pun menjadi juru kunci
bagi diri kita sendiri
untuk membuka dan menutupnya

dan sesekali kita mengintip
diri kita sendiri
dari lubang kunci

Denpasar 23 01 2018

SITUS


arkeologi tubuh
artefak buah dada dan pinggul
ukuran kepurbakalaan
dan modernisasi


Dps 03 02 18

KOPI TANPA GULA


sudah kuseduh kopi tanpa gula
sebagai penawar tubuh yang malam
hanya secangkir yang kutunjukan
apakah kau dapat merasakan pahitnya?


sudah kuseruput dari bibir cangkir
dari ujung lidah hingga ke pangkal
membuatku terpejam di kedalaman rasa
dan aku lupa dari mana asalnya

peradaban memang selalu berawal dari ujung lidah
sebelum setiap rasa diungkapkan dalam setiap desahan
di mana kopi berawal disajikan
dan berakhir pada sisa ampas di ceruknya
jika semua kenikmatan harus ditandaskan

Dps 07 02 18

JALAN LEMPANG


sebelum jalan itu lempang
aku sudah melaluinya di luar waktu
tanpa aku perduli, apakah
aku akan sampai di ujung jalan itu


di sana aku melihat orang-orang berdiri
menghitung setiap kenangan di pekarangan rumah
seperti menanam bunga di dalam pagar
sambil mencemburui rumput hijau di halaman tetangga
sebelum aku melintasi jalan itu

aku tak tahu apakah jalan itu lempang
dan dapat melaluinya di dalam waktu
hingga aku selalu bertanya
di mana ujung jalan itu sebenarnya

di sini sekarang aku berdiri sendiri
menyusuri setiap lapisan tubuhku
masih terasa seluruh perjalanan waktu
pada setiap desah dan aliran napasku
tanpa perlu aku mengenal, apakah
aku berawal dari masa lalu
atau mungkin dari masa depan

di sini, aku menyadari keberadaanku..
Dps 22 02 2018

SENJA YANG LAIN

aku ingin mengirimmu senja yang lain
mungkin tanpa batas siang dan malam
juga kita tak perlu menghapus warnanya
agar tidak terlalu jingga
jika hanya menyemburatkan waktu
menjadi sebuah kecemasan


ada saatnya kita tidak meletakkan senja itu di sana
tapi di ufuk yang lain di mana cahayanya terus berpendar
dan kita tak sekadar menjadi sesosok bayangan
hanya untuk saling mengenal dan mengalpakan
apa yang sudah kita terjemahkan penuh kemesraan

sebab ada saatnya memang kita memuja diri sendiri
meksipun tanpa seulas senja hanya untuk meronakan
seluruh perjalanan dan merangkumnya
pada sebuah dongeng yang tak pernah selesai
untuk selalu kita kisahkan bersama-sama
kalau di sana ada yang tercatat dan tidak tercatat
pada sebuah panorama yang tak selesai dengan warna senja

Denpasar 26 02 2018

KETIKA


ketika aku bernyanyi
bunga-bunga bermekaran
ketika aku mengerjapkan mata
pelangi melengkung seperti alis kekasih


ketika aku berdiam
aku tafakurkan kesyahduan
ketika aku tersenyum
langkahku ringan menyeberangi
kelapangan dada

DENPASAR 21 03 2018

KEPOMPONG

apakah kau hanya ingin menjadi ulat
atau menjelma kupu-kupu
dari sebuah kepompong
di mana liurmu memintal sutra


menjadi ulat atau kupu-kupu
melata atau terbang
pada sebuah dunia kepompong

hidup seperti menghisap putik sari
di sepanjang perjalanan waktu
meskipun hanya sesaat
kita telah melepas dunia kepompong

Denpasar 11 04 2018

DI BIBIR HAWA

adam telah mencabik tanggal dan waktu
sejak menghembuskan tulang hawa
ada selalu ruang tersembunyi dalam kamar
di mana hawa dari bibir yang merekahkan buah kuldi


membisikkan rumah keabadian di bumi
di mana rumah kenangan itu kita bangun
menjadi taman yang lain dari surga yang lain
dan melahirkan harapan demi harapan
sampai pada akhir zaman

Denpasar 13 04 2018

IMANEN

kau membaca sebuah fiksi
jika itu sebuah dongeng untuk dipercaya
sebagai sebuah kisah nyata

kau pun meyakininya
sebagai sebuah fakta
dari sebuah logika
sebagai sebuah kebenaran

kau pun tak pernah lagi percaya
pada sebuah dogma
sebagai sebuah keyakinan
: keimanan yang teguh

Denpasar 17 04 2018

RUMAH MENYIMPAN MUSIM

seluruh dinding rumah sudah kulabur
dengan seluruh harapan
langit-langit kamar sudah kupasangkan
dengan semua angan-angan


dan aku sudah mengosongkan gudang
dari semua masa lalu yang begitu suram
kini aku dapat membuka jendela dan pintu
seluas tatapan dan selapang helaan napas: masuklah
sekalipun tanpa kau ketuk atau mengucap salam

aku ada di dalam menunggu semua percakapan
tentang waktu dan musim yang kelak kau kabarkan
aku akan mendengar semua kisah itu
dengan selulas senyum kebahagiaan

Denpasar 22 05 2018

HALAMAN PERTAMA

menyapu seluruh senja di halaman
sebelum tahun-tahun awal berserakan
aku ingin membuka setiap percakapan
bukan hanya sebagai salam kemuliaan
dari perbuatan yang seharusnya dilakukan
melainkan dengan ketulusan dan keikhlasan


maka kini aku tak ingin lagi bertanya
apakah selalu ada jalan untuk memintas

sebab kini aku tahu ke mana tempat
yang seharusnya kutuju
meskipun mungkin tanpa perlu
harus meninggalkan sebuah penanda
untuk selalu kembali pada awalnya

sebuah halaman pertama
di mana kita selalu membacanya
meskipun tak pernah selesai

Denpasar 02 01 2018

DRUG

bagaimana harus memilih
jika aku tak punya pilihan
dan suaraku hanya tersimpan
dalam sebuah kotak kosong
di mana setiap selogan adalah puisi
lebih indah dari napas para penyair


kini aku hanya dapat
mengkampanyekan diriku
dengan janji-janji yang seksi
jika programku lebih sintal
untuk didesahkan
dalam irama pembangunan

dan di sana tiang-tiang pancang
akan terus ditegakan
dengan gairah menjulang ke langit
setiap impian peradaban
sebagai sebuah jaminan
atas nama keadilan dan kemanusiaan

itulah kampanyeku, meskipun kelak
hanya menyemburkan udara
penuh polusi korupsi dan diskriminasi
atas nama kelangsungan demokrasi
agar dapat menghalalkan segala cara
dari apa yang halal maupun haram

maka jangan lagi kita bertanya
tentang logika dan kebenaran
untuk menentukan pilihan tanpa pilhan
selain sebuah pil penenang
sebagai sebuah kemenangan

Denpasar 11 01 2018

MAHAR

mahar apa yang harus kuberikan
ketika semua menjadi begitu hambar
untuk apalagi aku menawar
jika tak ada lagi pelaminan
untuk bersanding
ketika bantal dan guling kau tukarkan


kini aku bukan lagi pedagang keliling
untuk menggadaikan semua marwah
setelah semua jatuh tempo
dan aku melihatmu bermain koprol bambu
di luar musim sebagai pedagang sapi

maka aku memilih bernyanyi di luar kamar
meski dengan suara yang sumbang
tentang sebuah mahar yang ingkar
dan tak dapat lagi diikrarkan
dalam sebuah perjanjian tak tertuliskan
aku tak perduli menjadi makar

Denpasar 14 01 2018

PANTUN BINAL

untuk apa bertukar rupa
jika serupa pinang dibelah dua
untuk apa bermanis-manis muka
jika bersumpah serapah juga


sudah kusut benang di tangan
tak akan mungkin memintal angan
sudah putus masih juga dikenang
tak akan mungkin jadi kenyataan

tidur di ranjang berpeluk malam
dingin mengusik hingga ke tulang
perempuan binal mengucap salam
: selamat tidur sayang ..

Denpasar 18 01 2018

SUNGSANG


dari mata ikannya, laut tak berpantai
seluruh waktu menjadi sisik tanpa sirip
dan kita pun bernapas dengan insang
tanpa perduli hidup yang sungsang
untuk menyelam sambil minum air


sambil menghafal sebuah alegori
kita membuat sebuah logaritma tanpa ukur
untuk mengayunkan sebuah pendulum
dengan sebuah perhitungan terdampar atau karam

dan selalu saja gelombang menjadi alasan
membuat pukat di mana ikan-ikan
menyeberangi arus musim
tempat laut menyimpan sampan

Denpasar 31 08 2017

SERABUN MALAM


serabun apakah malam
ketika kelam hanya perselingkuhan
dari setiap bilangan nominal

seperti roda prostitusi, intuisi
menanggalkan semua kancing percakapan
dan moralitas adalah penari telanjang
tempat semua peradaban diliangkan

: "setiap gerak adalah tari!" katamu
meskipun yang tersisa hanya sepenggal napas

dan kita menghelanya dengan sia- sia
jauh sampai ke ujung ranjang
tempat seluruh hari ditidurkan
tanpa pernah tahu kapan terjaga

Denpasar 02 08 2017