ada cermin yang pecah
di wajah budha
ketika kemiskinan dijarah
dari lembaran sejarah
suatu anak bangsa
tak memiliki tanah merdeka
dan terasing di tanah kelahirannya sendiri
sebagai manusia-manusia perbatasan
kecuali sebagai buruan
dari anak-anak bangsa lainnya
dan di sana, di mana keyakinan
menjadi alasan untuk setiap kebencian
menjadi sebuah pertunjukan
dari sebuah peradaban yang kalah
jika harkat dan martabat
hanya sebuah hikayat dalam doa
untuk mencapai nirwana
lalu jubah apalagi yang harus dikenakan
ketika setiap helainya hanya menjadi selimut
kemurkaan yang membentang
menjadi sebuah ladang pembantaian terbuka
ketika anak-anak sejarah yang kalah
hanya menatap masa depan
dengan airmata sebagai ratapan belas kasih
tak tertampung lagi di wajah budha
di balik cermin wajah budha yang terluka
kini hanya ada jari-jari stupa menunding langit
di mana cahaya dan kebenaran
hanya susunan waktu dari setumpuk batu
pada sebuah keyakinan yang rapuh
dan menunggu reruntuhan sebagai
sebuah arakan dalam sejarah yang tak terlupakan
Denpasar 06 09 2017
menjadi alasan untuk setiap kebencian
menjadi sebuah pertunjukan
dari sebuah peradaban yang kalah
jika harkat dan martabat
hanya sebuah hikayat dalam doa
untuk mencapai nirwana
lalu jubah apalagi yang harus dikenakan
ketika setiap helainya hanya menjadi selimut
kemurkaan yang membentang
menjadi sebuah ladang pembantaian terbuka
ketika anak-anak sejarah yang kalah
hanya menatap masa depan
dengan airmata sebagai ratapan belas kasih
tak tertampung lagi di wajah budha
di balik cermin wajah budha yang terluka
kini hanya ada jari-jari stupa menunding langit
di mana cahaya dan kebenaran
hanya susunan waktu dari setumpuk batu
pada sebuah keyakinan yang rapuh
dan menunggu reruntuhan sebagai
sebuah arakan dalam sejarah yang tak terlupakan
Denpasar 06 09 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar