buah bibir yang dulu kau kulum
dalam setiap percakapan
kini tinggal sepah di antara serapah
tak ada lagi yang dapat kau sebutkan
apalagi sebuah nama untuk dikenang
seluruh bayangan tak ubahnya cermin kelam
jika masa lalu adalah bagian tak terpisahkan
tanpa seberkas cahaya pun untuk menepisnya
“itu ilusi!" gumammu setelah malam
kau lepaskan semua keperempuanku
seperti seonggok daging di ranjang
tanpa denyut dan membusuk dalam keheningan
kesepian pun menyengat pada sisa napasku
tapi tak juga terumbar dari celah bibirmu kata maaf
mungkin aku khilaf memahami puncak desahmu
ketika mendengar pekikanmu yang tertahan
(ternyata hanya kepak sayap keluang di luar sana... )
dan aku teronggok seperti sampah di sudut malam
Denpasar 08 08 2016
apalagi sebuah nama untuk dikenang
seluruh bayangan tak ubahnya cermin kelam
jika masa lalu adalah bagian tak terpisahkan
tanpa seberkas cahaya pun untuk menepisnya
“itu ilusi!" gumammu setelah malam
kau lepaskan semua keperempuanku
seperti seonggok daging di ranjang
tanpa denyut dan membusuk dalam keheningan
kesepian pun menyengat pada sisa napasku
tapi tak juga terumbar dari celah bibirmu kata maaf
mungkin aku khilaf memahami puncak desahmu
ketika mendengar pekikanmu yang tertahan
(ternyata hanya kepak sayap keluang di luar sana... )
dan aku teronggok seperti sampah di sudut malam
Denpasar 08 08 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar