Senin, 20 Maret 2017

PIL KA(N)DA


haruskah aku memilih ka(n)da
sebagai pil penenang
dari sebuah serangan fajar
untuk setiap suara yang keluar
meskipun dengan irama dangdut
dilantunkan dari orkes tunggal


pil koplo atau pil ka(n)da
dengan janji-janji angin sorga
sudah kami kunyah dan telan
dengan penuh kesabaran
menggeleng-gelengkan kepala
seperti kuda lumping
mengunyah paku dan beling
tak perduli harus guling-guling
melihat ka(n)da bertukar guling
jembatan dan jalan alternatif
sebagai proyek fiktif

pil ka(n)da di antara fiksi dan fakta
tak seharusnya penuh dusta
membuat rakyat makmur bukan jelata
menjadi raja kecil duduk di singgasana
berpestapora di tengah rakyat yang sengsara
dana desa raib entah ke mana

pil ka(n)da, kini menjadi ritual keluarga
keturunan para durjana penyembah harta
tak perduli jalan menuju swargaloka
di balik jeruji besi sebagai pendurhaka
menjadi mahluk paling nista
lebih rendah dari mahluk paling lata

Denpasar 15 03 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar