Mawar adalah aku, kelopakku semerah saga, batangku berduri, harumku semerbak mewangi : KUMPULAN PUISI NUNUNG NOOR EL NIEL
Selasa, 31 Maret 2015
Puisi-Puisi Alit
PELAMINAN BULAN
Malam jatuh dalam sisa impian
Sinar bulan membiaskan cahaya pada kelamnya pelaminan
Tersuruk sudah seluruh sisa harapan
SANGSI
Hujan jatuh akhir bulan juni
Kuyup sudah aksara dalam kisah tak bermakna
Apalagi yang kini harus dipercaya
JEMPUTAN
Senja menyiangi celah-celah bukit
Hanya sisa kabut yang mengambang pada permukaan
Malam telah menjemput semua kenaifan
CERMIN
Hanya pada cermin bayangan berbagi
Wajah terpupur dalam kemasan lipstik merah jambu
Hanya kejalangan tersisa dalam lenguhan
PENYADAP
Menyadap getah menggurat kulit pepohonan
Mengalir sudah seluruh waktu pada jejak perjalanan
Tak juga tersisa sejumput kenangan
MENYALIN
menyalin rasa bertukar dengan rupa
rupa tiada kasih berpaling dari sisa kenangan
rindu diletakan pada penyesalan panjang
MENGAKAR
mengakar sudah serabut dalam tanah
sudah meluku jauh melewati batas-batas kerinduan
kekasih tercerabut dari setiap igauan
MENDULANG
mendulang sesal dalam setangkup doa
airmata tak dapat menjelma embun dari kealpaan
meranggas sudah hati yang rawan
DPS 01 04 2015
Puisi Alit..
LANGKAH
siapa yang tengadah
siapa yang menunduk
melangkahlah dengan hati
siapa yang tengadah
siapa yang menunduk
melangkahlah dengan hati
LARUT
larut dalam kenangan
menyeruput sisa impian
kasih hilang dalam bayangan
GUNDAH
menatap cermin
memupur wajah
kasih berpaling
gundah menjarah
PELET
cinta ditolak
dukun bertindak
DPS 31 03 2015
larut dalam kenangan
menyeruput sisa impian
kasih hilang dalam bayangan
GUNDAH
menatap cermin
memupur wajah
kasih berpaling
gundah menjarah
PELET
cinta ditolak
dukun bertindak
DPS 31 03 2015
TERSESAT
ada sebuah jalan yang selalu
penuh rekaan untuk kita lintasi bersama
tanpa kompas dan peta
seringkali kita tersesat begitu jauh
dalam sebuah pertanyaan
tanpa pernah mendapatkan jawaban
apakah kita sudah sampai atau mulai beranjak
kita pun tak pernah perduli
kecuali pada cinta yang kita miliki
DPS 30 03 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
KANVAS
seharusnya kau masih dapat melihatku
pada setiap sapuan aksara
di mana aku melukiskan seluruh tanda
ketika mencabik seluruh permukaan kanvas
bagaimana kau dapat menyandarkan punggung
ketika seluruh beban kata tak memberi makna
padahal kau tahu setiap garis telah membentuk
lekukan-lekukan yang patah dari imajinasi yang tumpah
di mana warna bukan lagi sebuah pertanyaan
masih haruskah aku mengarsir seluruh wajah
sehingga parasku dapat dicumbui kegelisahanmu
sebagai sebuah pelampiasan karena keraguan
dan ketidak percayaan terhadap kemurnian kasih
setelah kutumpahkan dalam setiap pertemuan
Jika demikian, biarkanlah kanvas itu kosong
sehingga di balik kekosongan itu
kau dapat melihat keabadian tanpa titik
di mana kita harus berakhir atau berawal
tanpa sebuah pilihan batas ruang untuk menyatu
pada setiap sapuan aksara
di mana aku melukiskan seluruh tanda
ketika mencabik seluruh permukaan kanvas
bagaimana kau dapat menyandarkan punggung
ketika seluruh beban kata tak memberi makna
padahal kau tahu setiap garis telah membentuk
lekukan-lekukan yang patah dari imajinasi yang tumpah
di mana warna bukan lagi sebuah pertanyaan
masih haruskah aku mengarsir seluruh wajah
sehingga parasku dapat dicumbui kegelisahanmu
sebagai sebuah pelampiasan karena keraguan
dan ketidak percayaan terhadap kemurnian kasih
setelah kutumpahkan dalam setiap pertemuan
Jika demikian, biarkanlah kanvas itu kosong
sehingga di balik kekosongan itu
kau dapat melihat keabadian tanpa titik
di mana kita harus berakhir atau berawal
tanpa sebuah pilihan batas ruang untuk menyatu
DPS 28 03 2015 - ilustrasi : google
Jumat, 27 Maret 2015
MENYULUT RINDU
menyulut senja yang basah
manyala sudah
dihembuskan sepenuh desah
mendiangi waktu
sebelum membeku
di ujung rindu
DPS 27 03 2015
sebelum membeku
di ujung rindu
DPS 27 03 2015
Rabu, 25 Maret 2015
TITIK API
di dinding mana lagi dapat dipetakan
jika lantai tak lagi dapat dipijak
hari-hari yang bersijingkat
masih saja harus kulalui tanpa sekat
haruskah aku terus mengendap
dan membiarkan seluruh lantai
tak dapat dipijak hanya untuk mengelak
ketika seorang lelaki tak berahlak
terus saja mengumpat kekalahan
di antara limbah yang kotor
aku harus terus melulur
seluruh sisa waktu untuk diperas
dengan keringat yang menderas
hingga sampai ke ruang tidur
tapi di sana impianku membusuk
dan membuatku selalu saja tersudut
tanpa memberiku sebuah kesempatan
sebagai seorang perempuan
untuk memahami setiap pergujingan
kecuali meredamnya dalam diam
haruskah terus berada dalam sekam
untuk mengasapkan setiap tindakan
sekedar memberikan sebuah isyarat
di mana titik api yang tersembunyi
dan nyaris membakar diriku sendiri
sehingga membuatku menjadi debu
tempat segalanya berawal dan berakhir
aku tidak sekedar mencari jawaban
dari sebuah pertanyaan
sebagai sebuah pijakan
jika aku masih boleh melangkah
jauh ke depan melampaui
batas-batas doa yang diaminkan
dan memantul di lantai
dan dinding rumah tempatku berdiang
DPS 26 03 2015 - ilustrasi : google
dan membiarkan seluruh lantai
tak dapat dipijak hanya untuk mengelak
ketika seorang lelaki tak berahlak
terus saja mengumpat kekalahan
di antara limbah yang kotor
aku harus terus melulur
seluruh sisa waktu untuk diperas
dengan keringat yang menderas
hingga sampai ke ruang tidur
tapi di sana impianku membusuk
dan membuatku selalu saja tersudut
tanpa memberiku sebuah kesempatan
sebagai seorang perempuan
untuk memahami setiap pergujingan
kecuali meredamnya dalam diam
haruskah terus berada dalam sekam
untuk mengasapkan setiap tindakan
sekedar memberikan sebuah isyarat
di mana titik api yang tersembunyi
dan nyaris membakar diriku sendiri
sehingga membuatku menjadi debu
tempat segalanya berawal dan berakhir
aku tidak sekedar mencari jawaban
dari sebuah pertanyaan
sebagai sebuah pijakan
jika aku masih boleh melangkah
jauh ke depan melampaui
batas-batas doa yang diaminkan
dan memantul di lantai
dan dinding rumah tempatku berdiang
DPS 26 03 2015 - ilustrasi : google
Senin, 23 Maret 2015
Puisi-puisi Alit....
MENGANGKANG
malam mengangkang
sepi meradang
lelaki telanjang
terdiam
BAYANG
matahari dan bayangan
memanjangkan jalan
tak berjejak
PEREMPUAN
di ujung gaun
dalam lipatan
terkoyak
SIANG
siang memanggang
sepi dijerang
debu melayang
hembuskan
PEJAM
malam menidurkan impian
tersisa igauan
tak terpejamkan
MELIPAT
melipat kata
menuai makna
menyalin rasa
puisi?
NAMPAN
di atas nampan
secangkir kopi
tumpah
DPS 24 03 2015
matahari dan bayangan
memanjangkan jalan
tak berjejak
PEREMPUAN
di ujung gaun
dalam lipatan
terkoyak
SIANG
siang memanggang
sepi dijerang
debu melayang
hembuskan
PEJAM
malam menidurkan impian
tersisa igauan
tak terpejamkan
MELIPAT
melipat kata
menuai makna
menyalin rasa
puisi?
NAMPAN
di atas nampan
secangkir kopi
tumpah
DPS 24 03 2015
INFINITA
berulangkali kau terjemahkan diriku
selalu saja ada kisah yang terpenggal
tentang seorang perempuan tak dikenal
tetapi selalu memberi cumbuan
masa lalunya yang sudah kau hafal
kadang aku mencoba menyimak
setiap desahan dengan mata terpejam
dan berharap bukan sekedar bualan
meskipun kau telah menyalin rupa
seperti sebuah infinita kembar
sehingga selalu gagal mengenalmu
sungguh, bukan aku menolak persulangan
hanya untuk mendulang kekosongan
apalagi mereguk setiap kealpaan
sebagai alasan sebuah pembenaran
setelah kita menelanjangi seluruh malam
tempat menyadap semua kerinduan
memang tak ada pilihan yang dapat diaminkan
ketika perselingkuhan menjadi sebuah tawaran
menasbihkan atau menisbihkan ungkapan
sebagai sebuah perayaan di mana cinta
tak dapat diabaikan dan menjarah semua
apa yang sebenarnya sudah kita miliki
DPS 23 03 2015 - ilustrasi : google
setiap desahan dengan mata terpejam
dan berharap bukan sekedar bualan
meskipun kau telah menyalin rupa
seperti sebuah infinita kembar
sehingga selalu gagal mengenalmu
sungguh, bukan aku menolak persulangan
hanya untuk mendulang kekosongan
apalagi mereguk setiap kealpaan
sebagai alasan sebuah pembenaran
setelah kita menelanjangi seluruh malam
tempat menyadap semua kerinduan
memang tak ada pilihan yang dapat diaminkan
ketika perselingkuhan menjadi sebuah tawaran
menasbihkan atau menisbihkan ungkapan
sebagai sebuah perayaan di mana cinta
tak dapat diabaikan dan menjarah semua
apa yang sebenarnya sudah kita miliki
DPS 23 03 2015 - ilustrasi : google
SUJUD
hanya sebuah danau menggenang, katamu
dan kau merakitkan ketenanganmu di permukaannya
hanya hamparan laut dengan ombaknya, katamu
dan kau berlayar pada setiap percikan buihnya
hanya langit yang membentang luas dan biru, katamu
dan kau melayangkan seluruh angan-angan
di antara ruang dan imajinasimu yang terbatas
dan kau mencoba ke hilir dan ke hulu
mencari jejak arus
dan kau mencoba menarik garis pantai
hingga ke batas cakrawala
dan kau mencoba membuka dirimu
membentang seluas angkasa
tetapi selalu saja kau kembali ke dalam dirimu, bersujud
melipat kaki, menangkup tangamu dengan mata terpejam
menundukkan kepala dalam keheningan yang fitri
pada ketiadaan dirimu tanpa kau tahu. jika ternyata
semua telah kau lalui seperti apa adanya
DENPASAR 17 03 2015 - ilustrasi : google
mencari jejak arus
dan kau mencoba menarik garis pantai
hingga ke batas cakrawala
dan kau mencoba membuka dirimu
membentang seluas angkasa
tetapi selalu saja kau kembali ke dalam dirimu, bersujud
melipat kaki, menangkup tangamu dengan mata terpejam
menundukkan kepala dalam keheningan yang fitri
pada ketiadaan dirimu tanpa kau tahu. jika ternyata
semua telah kau lalui seperti apa adanya
DENPASAR 17 03 2015 - ilustrasi : google
MENYAMAK
telah kusamak hari-hari yang lewat
seperti mengganti baju bleser
tapi kau selalu mengukur garis celah buah dada
hanya untuk menyusui endapan-endapan naluri purba
sebagai ungkapan kesemuan semata
jangan pernah kau dapat mendulang imajinasi
jika setiap kata hanya kau ungkap
seperi menyibak ujung gaun yang kukenakan
tak akan pernah kau temukan keperempuananku di situ
yang penuh dengan selaput-selaput rahasia diriku
kecuali jika kau ingin menjelma kepompong yang kosong
dan ulat yang tak pernah bersayap
hingga kau hanya menggeliat dalam kemunafikan
tanpa pernah kau menemukan jalan keluar
setiap jeratan-jeratan lendir yang membasahi hari-harimu
untuk kau sesali sebagai sebuah pengingkaran
DPS 20 03 2015
Rabu, 18 Maret 2015
MENDULANG
menulis dengan rima
seperti menjaga tradisi
menjaga setiap makna
untuk tetap berarti
menuang rasa dan pikir
tumpahlah kata menjadi puisi
mengasah jiwa untuk berzikir
di kedalaman ruang yang hakiki
DPS 19 03 2015
seperti menjaga tradisi
menjaga setiap makna
untuk tetap berarti
menuang rasa dan pikir
tumpahlah kata menjadi puisi
mengasah jiwa untuk berzikir
di kedalaman ruang yang hakiki
DPS 19 03 2015
Senin, 16 Maret 2015
ARUS
mengalirlah dari hulu ke hilir
ke danau dan laut lepas
hingga kau tahu bahasa arus
di permukaan, di kedalaman
di mana seluruh impian
dapat kau renangi dan selami
DPS 16 03 2015
ke danau dan laut lepas
hingga kau tahu bahasa arus
di permukaan, di kedalaman
di mana seluruh impian
dapat kau renangi dan selami
DPS 16 03 2015
Sabtu, 14 Maret 2015
MATA IKAN
di kedalaman kolam
engkau menjelma ikan
bersirip dan bernapas insang
mata ikan, mata ikan
: mengerjap
gelembung-gelembung air
engkau menjelma ikan
bersirip dan bernapas insang
mata ikan, mata ikan
: mengerjap
gelembung-gelembung air
DPS 14 03 2015
Jumat, 13 Maret 2015
MERANGGAS
di ceruk gelas mengapa tinggal ampas
padahal rindu yang kutuang dengan ikhlas
telah kau reguk hingga tandas
tapi kau tetap saja membuatku sesak napas
bukankah semua terbayar lunas
dan kau masih saja belum merasa impas
haruskah aku meranggas tanpa batas
DPS 14 03 2015
Kamis, 12 Maret 2015
OPERA
di sudut panggung mana lagi harus berdiri
hanya untuk membuka layar
dari setiap cadar untuk dimainkan
berlapis-lapis sudah ditanggalkan
tetapi wajahmu masih juga tersimpan
di balik kelam serupa bayangan
percakapan demi percakapan yang kau lafalkan
telah menelanmu dari setiap ungkapan
di antara tawa dan tangis yang merasukimu
seperti membuatmu berada dalam sebuah opera sabun
di sana kau hanya dapat menggelembungkan diri
dari setiap ilusi pada setiap pendaran cahaya lampu
yang membuat setiap lapisan wajahmu bersemu
tanpa pernah lagi kau ingin menanggalkannya
meskipun pertunjukan telah usai
layar telah ditutup, panggung telah sepi
dan cahaya lampu telah padam
di sana kau temukan dirimu dalam kesendirian
menjadi bagian dari kegelapan
yang tak dapat lagi kau lepaskan
DPS 12 03 2015 - ilustrasi : google
tetapi wajahmu masih juga tersimpan
di balik kelam serupa bayangan
percakapan demi percakapan yang kau lafalkan
telah menelanmu dari setiap ungkapan
di antara tawa dan tangis yang merasukimu
seperti membuatmu berada dalam sebuah opera sabun
di sana kau hanya dapat menggelembungkan diri
dari setiap ilusi pada setiap pendaran cahaya lampu
yang membuat setiap lapisan wajahmu bersemu
tanpa pernah lagi kau ingin menanggalkannya
meskipun pertunjukan telah usai
layar telah ditutup, panggung telah sepi
dan cahaya lampu telah padam
di sana kau temukan dirimu dalam kesendirian
menjadi bagian dari kegelapan
yang tak dapat lagi kau lepaskan
DPS 12 03 2015 - ilustrasi : google
Senin, 09 Maret 2015
GARPUTALA
mungkin tak ada lagi yang perlu ditawar
ketika kau menjual dan aku membelinya
kegaduhan itu selalu bernada dasar
dari sebuah ruang pasar yang terbuka
di bursa-bursa nada tempat menanam saham
ada melodi-melodi tersembunyi
dari sebuah orkestra simponi
mungkin juga sebuah refrain dari gesekan biola
tapi dengarlah penyanyi seriosa itu
ketika melambungkan setiap nada
pada bilangan-bilangan stakato
dan menjatuhkannya pada tangga nada
di antara trombone dan piano
kecuali kau ingin mendengar nada-nada murni
di telingamu dari ujung tangkai garputala
pada lapisan-lapisan sol mi dan do
maka kau akan tahu mengetuknya
sebagai vonis terakhir dari kegaduhan itu
dan di sana kau akan mulai mendengar
irama harpa yang anggun dicabik-cabik
oleh jemari-jemari lentik seorang perempuan
yang mungkin tak pernah kau mengenalnya
Denpasar 09 03 2015 – ilustrasi : google
ada melodi-melodi tersembunyi
dari sebuah orkestra simponi
mungkin juga sebuah refrain dari gesekan biola
tapi dengarlah penyanyi seriosa itu
ketika melambungkan setiap nada
pada bilangan-bilangan stakato
dan menjatuhkannya pada tangga nada
di antara trombone dan piano
kecuali kau ingin mendengar nada-nada murni
di telingamu dari ujung tangkai garputala
pada lapisan-lapisan sol mi dan do
maka kau akan tahu mengetuknya
sebagai vonis terakhir dari kegaduhan itu
dan di sana kau akan mulai mendengar
irama harpa yang anggun dicabik-cabik
oleh jemari-jemari lentik seorang perempuan
yang mungkin tak pernah kau mengenalnya
Denpasar 09 03 2015 – ilustrasi : google
Minggu, 08 Maret 2015
Jumat, 06 Maret 2015
MENEPUK DI PELAMINAN
bagaimana mungkin aku dapat melimpahkan
seluruh kata menjadi makna ke dalam kerinduan
ketika seluruhnya menjelma serupa bayangan
lihatlah jarak dan waktu terus saja merentangkan
penantian-penantian panjang yang membuatku
selalu saja tersudut di ujung pelaminan
haruskah aku bergumul di sana hanya untuk
menumpahkan seluruh keperempuananku yang tersisa
seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri
mungkinkah aku berpaling dari setiap percikan
dan membiarkan gaunku tersingkap basah
dari setiap ungkapan sebagai sebuah pemaknaan
kini semua telah menggenang di permukaan
begitu transparan bukan lagi sebagai bayangan
di mana setiap lekuk keprempuanku terpampang
masihkah kau melihat dengan kejalangan
dari setiap perselisihan menjadi perhitungan
di mana seluruh harga diri telah kupertaruhkan
bukan renungan dan kepastian yang kuharapkan
tapi kebimbangan yang terus kau limpahkan
dan aku tetap mendulang dengan keikhlasan
DPS 06 03 2015 - ilustrasi : google
penantian-penantian panjang yang membuatku
selalu saja tersudut di ujung pelaminan
haruskah aku bergumul di sana hanya untuk
menumpahkan seluruh keperempuananku yang tersisa
seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri
mungkinkah aku berpaling dari setiap percikan
dan membiarkan gaunku tersingkap basah
dari setiap ungkapan sebagai sebuah pemaknaan
kini semua telah menggenang di permukaan
begitu transparan bukan lagi sebagai bayangan
di mana setiap lekuk keprempuanku terpampang
masihkah kau melihat dengan kejalangan
dari setiap perselisihan menjadi perhitungan
di mana seluruh harga diri telah kupertaruhkan
bukan renungan dan kepastian yang kuharapkan
tapi kebimbangan yang terus kau limpahkan
dan aku tetap mendulang dengan keikhlasan
DPS 06 03 2015 - ilustrasi : google
PERAN
sebenarnya aku tidak ingin menjelma apa pun
kecuali sebagai perempuan biasa
menanak setiap impian di rumah
menghidangkan di atas meja yang kosong
tanpa menghitung setiap devisit waktu
untuk tidak selalu tersudut dalam kesendirian
sebenarnya aku hanya ingin menanam rumput
meskipun di pekarangan rumah yang sempit
bukan ilalang yang tumbuh dengan liar
sehingga menyemakkan bunga-bunga
hanya untuk menumbuhkan duri di batangnya
sebenarnya aku hanya ingin merebahkan diri di ranjang
bukan sekedar memejamkan mata dari setiap erangan
hingga impian hanya menjadi igauan berkepanjangan
untuk menanggalkan penyesalan dari sebuah pengabdian
melainkan sebagai perempuan pilihan penjaga kesetiaan
tapi kini aku harus menjadi penyangga waktu
di antara atap rumah, tiang, dan dinding
di mana bayang-bayanganku terus berkelebat
dan sering terkapar di ruang yang samar
di antara cahaya dan kegelapan
untuk selalu kukenakan dari setiap peran
sebagai pengganti buah-buah pengingkaran
dari setiap alasan untuk diranumkan
DPS 03 03 2015 - ilustrasi : google
Langganan:
Postingan (Atom)