masih juga garam kau taburkan di atas luka
ketika laut tak lagi menyajikan gelombang
dan memaksaku berdiri di tepi pantai seperti seorang peri
menghujat angin, menghujat langit
tempat kau menyembunyikan segala keperihan
tapi aku hanya mendengar desau angin
untuk merayuku dengan janji kesunyian
apakah memang kau sengaja ingin membuatku karam
di mana hari-hariku penuh ditaburi garam
untuk mengawetkan semua kepedihan
padahal sudah kuaminkan semua kealpaan
meskipun pun kau tak memberi alasan
apakah laut pasang atau surut
dan layar kusut di pangkuan
hingga tak dapat berdiri tegak di haluan
melihatku berdiri di tepi-tepi penantian
haruskah kau terus menerus mencoba
mengukur ke dalaman jiwaku
padahal setiap bisikanku namamu
telah kurapalkan serupa mantra
sehingga serupa lengkingan seruling
yang menghujam begitu dalam
ke dalam luka yang semakin mengaga
tanpa pernah kau berusaha membalutnya
laut memang kebebasan tempat para lelaki
memuja petualangan-petualangan panjang
tapi jangan pernah sesalkan jika ternyata
kau tak pernah menyeberangi cakrawala
dan kau merindukan untuk pulang
untuk merebahkan kepenatan
di mana jemari-jemariku tak lagi dapat
merajut jala yang koyak
hanya untuk membuat perangkap baru untukku
sebab rambutku telah memanjang
sepanjang jala yang pernah kau bentangkan
aku ingin menyisirnya diam-diam
tanpa kubiarkan sehelai pun di sisir oleh angin
di balik cermin tempatku menyimpan sisa impian
DPS 16 07 2015 - ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar