haruskah aku menjelma laron di awal musim penghujan
sekadar mencari cahaya hingga sayap-sayapku terlepas
haruskah aku melepas gaunku seperti melepas ujung musim
sekaar menggapai impian yang raib setelah terjaga
hanya mendapatkan diriku dalam ketelanjangan waktu
padahal kau tahu jika waktu telah menyeretku begitu jauh
meskipun tak ada sayap di punggungku yang telah memar
di panggang oleh matahari yang hanya menciptakan bayangan
pada setiap langkah serupa dengan setiap lekuk tubuhku
tanpa dapat mengingkarinya dengan wujud yang lain
di ujung musim selalu aku dihadapkan pada pilihan
berada di dalam liang kegelapan atau memburu cahaya
menjelma sebagai laron dengan sayap terlepas atau
tetap sebagai rayap untuk merapuhkan setiap tiang penyangga
dan melahap semua aksara sehingga tak dapat dibaca
di sanalah mungkin aku menetap dan berdiang diri,
meskipun mungkin itu bukan sebuah pilihan
tetapi setidaknya aku sudah menentukan sebuah jalan
bukan di lorong yang gelap atau yang terang
bukan sebagai wujud nyata dari sebuah bayangan
mungkin aku hanyalah sebuah interpertasi
dari setiap apresiasi yang kau imajinasikan
sehingga aku menjadi lebih nyata bagimu
meskipun pula hanya sebagai sebuah imajinasi
di mana dapat kau setubuhi sesuai kehendakmu
Denpasar 04 05 2015 - ilustrasi : google