Jumat, 15 November 2013

PEREMPUAN SIANG






akulah perempuan yang dilahirkan oleh siang
di bawah matahari yang mengangkang
hingga seluruh hidupku terpanggang
dan aku tak dapat lagi mengerang
kecuali berdiam di balik bayang-bayang
yang selalu saja bergerak dengan jalang
mencari tempat perlindungan pada hari petang

perempuan seperti kodrat dari jenis kelamin
di mana harga diri dipertaruhkan pada setiap langkah
seperti kutukan dari sebuah tulang rusuk yang patah
hanya untuk melengkapi kesendirian dan kesepian
meskipun harus menerima kesetiaan sebagai
sebuah penderitaan hanya untuk dinistakan

sekali waktu aku ingin menempatkan keperempuananku
di atas seluruh tataran nilai di mana kau dan aku
berawal dari tubuh yang sama dan hanya dilepaskan
bukan untuk dipahami dari setiap lekukkan yang hilang
tapi sebagai pelengkap di mana kita tak dapat saling
mengabaikan hanya disebabkan kesepian meradang

melainkan untuk duduk bersama di sebuah taman
bukan untuk merayumu dengan buah kuldi
sebagai pelampiasan kesalahan awal umat manusia
bukan pula sebagai sebuah dongeng yang diturunkan  
melalui lembaran-lembaran kitab suci
untuk sekedar dibaca tetapi juga untuk dipahami
sebagai perempuan yang diurapi penuh kasih sayang

aku perempuan bukan  pula sekedar memberi
dan bukan pula sekedar menerima
sebagai tawar menawar dari sebuah keikhlasan
tapi aku adalah perempuan yang sangat kau kenal
seperti kau mengenal dirimu sendiri


Denpasar16112013 – ilustrasi : google

Jumat, 08 November 2013

CAWAN





haruskah aku sebagai perempuan
hanya menjadi cawan tempat kau
menuangkan seluruh resahmu
hingga tumpah dalam serapah

apalagi yang dapat kusajikan
jika semua impian telah kau rebut
seluruh pintu pun telah tertutup

seperti sebuah cawan yang kosong
tak ada lagi yang dapat kau reguk
bahkan juga sisa keperempuananku
apalagi bau tubuhku, kecuali
menepisnya sebagai kenajisan

tetapi kau masih saja menyimpanku
di sudut rumahmu sebagai hiasan
untuk sesekali kau lempar
ke sudut-sudut ruang yang lain

di sudut-sudut itu kau seperti
menikmati bunyi kekosongan
dari sebuah cawan yang kosong
seraya kau menutup telingamu
dari bisikan hatimu sendiri
jika kau tak pernah memilikinya

dan cawan yang kosong itu, kini
mulai berkarat oleh waktu
berselimut debu
kau pun tak pernah tahu itu



Dps08112013 – ilustrasi : google

Minggu, 03 November 2013

HUJAN BELUM REDA





hujan terlalu deras di luar. sudahlah
tutup pintu itu
percakapan kita belum selesai

katakan, jika kopi yang kusajikan
pahit atau manis
tak usah kau berdusta
apalagi menakarnya hanya
dengan seulas senyuman getir

aku belum memoles bibir
keperempuananku dengan
warna lipstik kesukaanmu
tapi kau tahu keranumannya
ketika kau bisikan napas puisi
di tepi telingaku

hujan belum reda di luar sana
lepaskan mantelmu
seruputlah kehangatan kopimu
jangan kau tumpahkan
dalam percakapan sia-sia

aku belum mengenakan
gaun keperempuananku
dengan warna pink kesukaanmu
tapi kau tahu setiap lekuk tubuhku
ketika aku berdansa denganmu
di tepi malam itu

hujan telah berhenti di luar sana
kau telah mengenakan sepatu
dan menandaskan kopi di cangkir
hanya kau yang tahu
manis dan pahitnya sajianku

karena memang tak perlu
untuk kita perdebatkan
seperti apakah kau
akan pergi atau tetap tinggal


Denpasar01112013 – ilustrasi :google

Jumat, 01 November 2013

Di antara Percakapan



kau telah menandaskan secangkir kopi
mengenakan sepatu dan mantelmu
dan kembali ke laut
di mana kebebasan selalu memanggilmu
dengan bahasa lidah-lidah ombak

berlayarlah
menuju kebebasan cintamu
jika kau memilih untuk pergi
atau tetap tinggal, itulah pilihanmu
di luar bahasa hujan...

kopi itu adalah sebuah pertanda
di mana kau pernah hadir bersamaku
di bawah musim hujan....
meskipun tanpa percakapan yang berarti



Denpasar02112013

DUNIA FABEL





seekor siput mengeluarkan kepala
dari cangkangnnya
di antara semak dan belukar

seekor musang jantan
mengintai dengan lidah
menjulur-julur

setiap kali musang menjulurkan lidahnya
si siput dengan cepat menarik
kepalanya ke dalam cangkangnya

semak belukar di sekitar siput pun kuyup
oleh liur dari lidah musang dan lendir siput
membuat lembah yang kering menjadi terbuka

musang pun menjulurkan lidahnya
ke dalam cangkang siput
siput semakin menyembunyikan dirinya
ke dalam liang cangkangnya
musang pun mengisap-hisap cangkang siput

lidah musang pun terseruput
dan menghilang
ke dalam cangkang siput




Dps31102013- ilustrasi : google

KAU JUAL AKU BAYAR




apa yang kau jual sudah aku beli
tak ada lagi tawar menawar
sebab aku bukan pasar saham
tempat saldo cintamu kusimpan
jika selalu devisit karena kau umbar

aku bukan makelar hati yang tawar
sekedar mencari cinta di semak belukar
dan merayap seperti kadal
hanya karena janjimu yang banal
lalu kau bilang aku binal

dulu kau bilang aku mawar
ketika kau tertusuk duriku
kau sekarang bilang aku liar
seperti seekor ulat yang berbulu
tapi kau masih saja merindu

sekarang apa yang ingin kau jual
semua akan lunas kubayar
tapi jangan coba-coba kau menyangkal
sebab kau akan kubuat menggelepar
dengan napas yang tersenggal
dan akhirnya kau akan terkapar



Denpasar29102013 – ilustrasi : google

Lelaki Pecundang



lelaki jantan sebidang dada malam
telah kulepaskan tubuhku di atas ranjang
tapi kau masih saja berdiang dalam diam
tak juga kau tumpahkan percakapan
dengan erangan napas puisi di tepi telingaku

dan kau masih saja memperdebatkan
kopi di atas meja masih dengan sisa senyuman
hingga membuat lidahmu menjadi kelu
oleh dinginnya udara di bawah hujan
padahal kain kelambu telah kusibakkan
hingga malam begitu telanjang di matamu

ah, mengapa kau masih saja berkisah
tentang cicak canda di dinding
dengan ekor yang terlepas seperti
lipstick yang patah dari bibir merekah
apakah kau ingin membiarkan
kaki-kaki hujan menjauh membawa
langkahmu yang kalah dalam pertarungan
di mana seluruh gairah dipertaruhkan

ah, ternyata kau hanya lelaki pecundang
menggumuli malam hanya dengan percakapan
padahal kau telah kutunggu di balik dipan
tapi kau masih saja menyeruput kopi
dan tinggal ampas di cangkir yang kusajikan
malam pun hanya tersedak di jalan napasmu
tersenggal oleh gairah dalam imaji yang banal



Denpasar,02112013