mengapa harus ada genangan yang kau ciptakan
hingga aku harus berkubang di dalamnya
di mana seluruh tubuhku tenggelam
dalam ketidakpastian di antara impian dan kenyataan
mengapa kau tak melihat waktu yang terentang
dan kau abaikan hingga jalan kita tempuh
ditumbuhi dengan duri hingga setiap langkahku
tersayat hanya oleh kabut tebal di matamu
mengapa kau tak pernah bisa menuntunku
hingga aku dapat menyeberangi kerinduan
tanpa sedikit pun penyesalan di dalam dadaku
tapi sebaliknya tuba juga yang tuangkan
mengapa kau selalu membuat sebuah pertanyaan
yang menyudutkanku, bukan dengan napas puisimu
hingga rongga dadaku dapat terbuka lapang,
meskipun aku berada dalam kepengapan
sudah kau dengar seluruh kisahku, tapi mengapa
kau masih mentulikan telingamu dari
keangkuhanmu, hingga kau tak mendengar
setiap bisikkanku, jika aku selalu menyebut namamu
kini aku hanya dapat menunggu terlepas
dari semua kealpaanmu, meskipun aku harus
membayar dengan keikhlasan yang penuh
digenangi keperihan yang mengalir dari sudut mataku
biarlah kini aku menjelma sumber airmata
yang menciptakan sebuah telaga di mana kau
dapat membasuh dirimu, karena hanya itu
yang dapat kupersembahkan untukmu
Dps 02122014 – ilustrasi : google & dimodifikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar