masih kudengar pantulan-pantulan suara itu
tak pernah berhenti pada siang atau malam hari
meskipun telah kututup kedua lubang telingaku
tapi suara-suara itu menyelinap begitu jauh
ke dasar hatiku yang terdalam
mengalir seperti arus yang menghanyutkan
seluruh kepercayaan yang telah berusaha
kubangun sekokoh karang
tetap saja runtuh menjadi butir-butir garam
haruskah aku terus menabur setiap butir garam
pada setiap langkahku, hanya untuk mengasinkan
apa yang telah menjadi pilihanku
dan membiarkan setiap kesaksian-kesaksian palsu
sebagai sebuah pembenaran, jika semua itu
adalah bagian yang tidak dapat kupalingkan
sekali waktu aku ingin tidak mendengar
apa yang harus kudengar dari setiap bisikan
jika hanya mengusik-ngusik perasaan
dan membuatku menjadi liar dan binal
hingga kau mengenalku sebagai mahluk paling banal
ya, sekali waktu, sekali waktu, meskipun
aku tidak tahu kapan, semua pantulan suara itu
mentulikan kedua telingaku, hingga aku
dapat mendengar setiap suara yang benar
menjadi sebuah kata atau kalimat bermakna
di mana aku dapat memahami dengan apa adanya
Denpasar 18082014 - ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar