aku mengurai rambut senja
dan menggelung kepengapan udara
di antara bibir malam yang mulai
mengatupkan kelam membentang
di sini, aku terperangkap dalam
kesendirian dan mengunyah
puisi dengan sisa makna hari ini
haruskah dengan penuh erangan?
aku hanya dapat membasuhnya
dengan igauan-igauan, seraya
menunggumu menyapaku di pintu
kerinduan dengan seulas senyuman
datanglah, sebelum waktu mendedahku
dan memasungku hingga terkapar
di ujung malam yang memualkan
penyesalan yang mungkin tak terbilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar