selalu saja kau mengingatkan bau napasku
sebelum atau sesudah menyikat gigi
memoles bibir dengan lipstik serta mengecat
kuku jari-jari tangan dengan warna kesukaanmu
hingga aku lupa mengecat seluruh waktu
jika hampir selalu bersama dalam setiap percakapan
kadang aku ingin melumat seluruh angan-angan
dalam kesendirian dan melepasmu
dari setiap ingatan juga kenangan
tetapi seulas senyum dan sapamu
sudah terlanjur kukenali dan tak dapat kutepis
setiapkali aku merajuk dan kau berbisik
bagaimana caranya mengunyah sirih
seperti para leluhur untuk sekedar berkumur
dari setiap pertemuan yang penuh rahasia
pada saat itu aku hanya dapat tertawa dengan sepah
dan membiarkanmu terus saja berdusta
tentang kesetiaan yang terpaksa harus kuamini
agar waktu tak runtuh dengan sia-sia dan terampas
setelah kau menjarah dan tak menyisakan
sebuah tempat yang nyaman untuk berteduh
lalu aku harus mengulang kembali menempuh
perjalanan yang sama dengan peristiwa yang sama
serta berujung pulang di tempat yang sama
maka aku tetap memilih di sini bersamamu
hingga sepenuh aku mempercayai
apa yang telah kau kisahkan berulang-ulang
adalah sebuah kebenaran, meskipun
aku tak lagi mengecat kuku jariku
dan memoles bibirku dengan lipstik
dengan warna kesukaanmu hanya untuk
menyukai bau napasku ketika berbisik padamu
Denpasar 29042014 - ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar