Mawar adalah aku, kelopakku semerah saga, batangku berduri, harumku semerbak mewangi : KUMPULAN PUISI NUNUNG NOOR EL NIEL
Jumat, 27 Juni 2014
TAK SIA SIA
ada sekumpulan malam juga sekumpulan siang
di mana kita selalu bersama, bersulang
menuangkan seluruh harapan
dengan percakapan-percakapan yang ringan
tak ada memang yang lebih indah
pada jarak yang terentang
membayangkan kerinduan melesap
dalam setiap ingatan dan perasaan
hingga kadang merebak dalam kecemburuan
sungguh, masih kuingat ketika kau cumbui
kesangsianku yang tak dapat kubendung
kau menjamah tanganku
dan berbisik di liang telingaku
jika seluruh waktu tak akan berhenti
menghembuskan namaku
dan aku pun hanya dapat menggenggam erat
jemari tanganmu untuk kita lipat bersama
dalam sebuah doa yang kau aminkan
dengan seulas senyuman yang dalam
hingga aku tak merasa sia-sia mencintaimu
dalam sekumpulam malam dan siang
Denpasar 24062014- ilustrasi
MEMBILAS
membilas hari-hari yang basah
dari sisa-sisa desah yang panjang
hingga terjerang di bawah matahari
telah kulalui bersamamu, lelaki
kita telah meniduri semua impian
jangan lagi kau pernah menodainya
aku tak ingin lagi membasuhnya
dengan setiap tetes airmata
kecuali sebagai percikan embun
ketika kau dahaga dan mengecupnya
dari kedua sudut mataku
untuk mereguknya hingga tandas
jangan lagi pernah berdusta
jika kau mencapai puncak erangan
untuk merajamku dengan
setiap butir batu untuk melepas
kesangsianmu pada rentangan
jarak dan waktu
ketika kerinduamu tak sampai
melumat seluruh kesepian
dan kau abaikan bau napasku
pada saat setiapkali bertemu
kau telah memetakan
setiap lekuk pada tubuhku
hingga seluruh ilusi-ilusimu
terjejak di situ
haruskah aku membuat alasan
untuk menajiskan keraguanmu
dan membilasnya berulangkali
bukan lagi hanya dengan setiap kata
tapi juga dengan setiap makna
padahal kau tahu setiap ungkapan
atau isyarat ada batasnya
untuk tidak dapat kau terjemahkan
dengan bahasa apa pun
kecuali, aku hanya dapat berharap
kesabaran sebagai seorang perempuan
ada pada setiap tetes airmatanya
jangan sampai kau biarkan mengering
dari sisa-sisa desah yang panjang
hingga terjerang di bawah matahari
telah kulalui bersamamu, lelaki
kita telah meniduri semua impian
jangan lagi kau pernah menodainya
aku tak ingin lagi membasuhnya
dengan setiap tetes airmata
kecuali sebagai percikan embun
ketika kau dahaga dan mengecupnya
dari kedua sudut mataku
untuk mereguknya hingga tandas
jangan lagi pernah berdusta
jika kau mencapai puncak erangan
untuk merajamku dengan
setiap butir batu untuk melepas
kesangsianmu pada rentangan
jarak dan waktu
ketika kerinduamu tak sampai
melumat seluruh kesepian
dan kau abaikan bau napasku
pada saat setiapkali bertemu
kau telah memetakan
setiap lekuk pada tubuhku
hingga seluruh ilusi-ilusimu
terjejak di situ
haruskah aku membuat alasan
untuk menajiskan keraguanmu
dan membilasnya berulangkali
bukan lagi hanya dengan setiap kata
tapi juga dengan setiap makna
padahal kau tahu setiap ungkapan
atau isyarat ada batasnya
untuk tidak dapat kau terjemahkan
dengan bahasa apa pun
kecuali, aku hanya dapat berharap
kesabaran sebagai seorang perempuan
ada pada setiap tetes airmatanya
jangan sampai kau biarkan mengering
Denpasar 20062014- ilustrasi : google
CERUK YANG SALAH
bukan dia yang mnghancurkan perasaanmu
tapi kau hancurkan rasamu sendiri
kau bersulang pada ceruk yang salah
yang bukan milikmu
tak ada gading yang tak retak
tak ada kehancuran tanpa sebab
menuai kasih di ladang orang
sama dengan menyakiti orang lain
imaji yang kau tuai
dari benih cinta orang lain
tahu..tapi kau tutup mata dan hatimu
demi sebuah kebahagiaan yang kau cari
dari penderitaan orang lain
namamu sudah ditepisnya
bahkan tak berrbekas walau debu pun
anti septic saja tak mampu mengobatinya
kini, aku melihatmu seperti
sesosok bayangan yang terkoyak
oleh kesepian yang membarut
di sekujur tubuh hingga kau
tak dapat lagi mengenal
sebuah dunia yang nyata
di mana kau berawal
jalani hidupmu dengan ikhlas
bahwa dulu kealpaanmu sesungguhnya semu
: menginginkan yang bukan milikmu....sangat tidak perpuji
DPS / lsk MEI 2014
AKU MEMANG FATAMORGANA
datang serperti angin
dan pergi seperti uap
karena aku tak ingin
dan tak pernah berharap
waktu memang sudah membeku
tak menyimpan setitik rindu pun
apalagi bertandang menyapamu
sudah tersurat dalam perjanjian
tak lagi saling mengganggu
untuk apa kau menunggu
aku lenyap di ujung waktu
dan meniti kasih suciku
dari rindu yang terkulum
dalam kesetiaan nyataku
aku hanya bayangan
menyelinap dalam gelap
tanpa bisa kau tangkap
karena aku tak pernah tiba
bahkan tak akan pernah ada
: hanya FATAMORGANA
DPS / lsk MAY 2014
SIAPA YANG PALSU
kini kau ragu dan berkubang dalam kelam
hanya disebabkan cahaya dan kegelapan
yang menjadi tabir dari kemunafikan
lalu berkelindan dalam sebuah keyakinan
sehingga semua kau anggap palsu
ataukah dusta dan percaya
karena rindu menjelaga di dada
disebabkan waktu yang menghilang
ketika bersejingkat di balik topeng
merayapi sebuah ego yang naif
bukan aku ingin menepismu dari ingatan
dan melupakan tingkah kotormu
ketika kau berkubang dari impianmu
melukai kealpaan sebuah kesetiaan
tapi kubiarkan kecemasanmu menjamah
seluruh keyakinan, jika setiap kata
seperti mata pisau yang berkilau
menusuk rebung kalbu
kata-kataku memang seperti imajinasi liar
yang membakar dari semak-semak belukar
dan aku seperti ular yang mendesis dari
liang-liang persembunyian mencari hakikat makna
kini bacalah menurut logikamu
siapakah yang palsu ?
: di balik topengmu atau menjadi dirimu sendiri !
DPS / lsk MAY 2014
CERMIN RETAK
Aku diam bukan membuatmu tersiksa
Tetapi menyadarkan suatu kealpaan
Bahwa dulu penderitaannya
Ada karena tawamu
Sebab kau memaksakan kehendakmu
Ingin memiliki yang bukan milikmu
Bahkan kau sadar dan tahu itu
Tak usah kau bertanya
Karena tak ada yang akan menjawab
Kalau pun burung bersiul merdu
Dan angin menyemilir saydu
Bukan karena mengusir galau
Apalagi menepis risaumu
Di matamu ada cinta yang buta
Di hatimu ada nafsu tetapi semu
Dan itu bukan misteri cinta
Tetapi sebuah kebohongan terselubung
Hanya untuk kesenangan diri sendiri
Nasi sudah menjadi bubur
Hingga Cinta menjadi luntur
Jangan kamu takabur
Karena semua sudah kukubur
Kegagalanmu bukan karena orang lain
Tetapi kau rancang sendiri
Dan cermin yang retak
Tak dapat bersatu kembali
Dps / lsk JUNI 2014
Kamis, 26 Juni 2014
PENYAPUT SENJA
seperti pantai yang selalu
memanggil dengan lidah ombak
di bawah langit jingga
sebagai penyaput senja
selalu kudengar suaramu
membisikkan namaku
dengan hembusan napas yang tipis
hingga menggelitik jauh
ke palung rasaku yang terdalam
dan membuat matahari pun
tergelincir di pelupuk malam
kau pun tetap mencoba bertahan di sana
menerawangkan seluruh kisah
yang pernah kau tautkan
sebagai ungkapan rahasia
di mana aksara mencoba
mengulum seluruh makna
hingga yang tersisa hanya kenangan
yang menyimpan rindu dari sukma yang rawan....
Dps /lsk JUNI 2014
MENCUMBU SISA CAHAYA SENJA
lembayungku berwarna jingga
seperti warna senja
yang membasuhku dengan
sisa-sisa cahaya
tempat kita selalu menyatukan
bayangan dan impian
dalam sebuah kenyataan
yang penuh cumbuan
di mana kau dan aku
setiap saat mengerangkan kerinduan
hingga ke puncak gairah malam
tempat menyemburkan hasrat yang tertunda
LSK JUNI 2014
NAIF
jika kini kau meradang
bukan karena aku meradangkan
seluruh dendam keperempuananku
tapi itu adalah jawaban perbuatanmu
dari kemunafikan yang kau goreskan
jika pun aku harus mengasapkan
seluruh impianmu hanya sebagai kabut
dan menyungaikan setiap sedakan
hingga kau merasa tersekap dalam sekam
sebagai kutukan yang kini memagutmu
karena kau sendiri
yang mengeruhkannya
hingga permukaannya beriak
lalu menjadi pintalan duka
yang membuatmu tak dapat
tersenyum dan tertawa
kau yang menaruh duri
kau sendiri menginjaknya
lalu kau bilang terpedaya ?
: sungguh ini namanya naïf
DPS/ lsk JUNI 2014
bukan karena aku meradangkan
seluruh dendam keperempuananku
tapi itu adalah jawaban perbuatanmu
dari kemunafikan yang kau goreskan
jika pun aku harus mengasapkan
seluruh impianmu hanya sebagai kabut
dan menyungaikan setiap sedakan
hingga kau merasa tersekap dalam sekam
sebagai kutukan yang kini memagutmu
karena kau sendiri
yang mengeruhkannya
hingga permukaannya beriak
lalu menjadi pintalan duka
yang membuatmu tak dapat
tersenyum dan tertawa
kau yang menaruh duri
kau sendiri menginjaknya
lalu kau bilang terpedaya ?
: sungguh ini namanya naïf
DPS/ lsk JUNI 2014
Minggu, 15 Juni 2014
MEMBACA YANG TAK TERBACA
masih dengan sisa napas siang tersenggal
kita memburu ilusi sengatan matahari
dahaga terhambur pada setiap helaan napas
memacu gairah setiap erangan ketujuan
akhirnya kita pun sampai di pelimpahan
kau dan aku pun sesaat terdiam
setelah pekikkan panjang yang tertahan
selebihnya, tersenyum dalam kedamaian
dengan tatapan-tatapan yang dalam
tempat rahasia kita menyimpan
seluruh makna tanpa aksara
di sana kita pun membaca
setiap isyarat dengan penuh keikhlasan
tanpa praduga dan prasangka
karena seluruhnya telah terterjemahkan
Dps 14062014 - ilustrasi : google
UDANG DI BALIK BATU
mengapa kau bersembunyi
di balik batu seperti seekor udang
dan membiarkan dirimu
menjelma seekor ular
dari liang seorang perempuan
hanya untuk mendengar
setiap desis rayuannya
serta menjarah setiap buah kuldi
yang tersimpan di dalamnya
apakah kau sedang bermimpi
menjadi seorang abunawas
dan tersesat di sebuah gua
untuk mendapatkan harta karun
dari kisah 1001 malam
agar kau menjadi pendongeng
di seluruh napas puisimu
dengan melepaskan
seluruh ikatan keikhlasan
tempatmu pernah menuang madu
tapi kau rusak dengan empedu
dari setiap tetes air matanya
kini di atas altar batu
kau pun terkoyak-koyak
menjadi tumbal
dari setiap penghianatan
yang kau persembahkan sendiri
untuk jiwamu yang rawan
jika kau menjadi lebih nista
dari seorang pecundang
untuk terus bergentayangan
mencari liang persembunyian
Denpasar 1105 2014
di balik batu seperti seekor udang
dan membiarkan dirimu
menjelma seekor ular
dari liang seorang perempuan
hanya untuk mendengar
setiap desis rayuannya
serta menjarah setiap buah kuldi
yang tersimpan di dalamnya
apakah kau sedang bermimpi
menjadi seorang abunawas
dan tersesat di sebuah gua
untuk mendapatkan harta karun
dari kisah 1001 malam
agar kau menjadi pendongeng
di seluruh napas puisimu
dengan melepaskan
seluruh ikatan keikhlasan
tempatmu pernah menuang madu
tapi kau rusak dengan empedu
dari setiap tetes air matanya
kini di atas altar batu
kau pun terkoyak-koyak
menjadi tumbal
dari setiap penghianatan
yang kau persembahkan sendiri
untuk jiwamu yang rawan
jika kau menjadi lebih nista
dari seorang pecundang
untuk terus bergentayangan
mencari liang persembunyian
Denpasar 1105 2014
Jumat, 06 Juni 2014
RUANG JEDA
percakapan demi percakapan sudah kita kunyah
seluruh makna sudah kita telan dan muntahkan
hampir tak ada ruang jeda di antara kita
tetapi entah kenapa. selalu saja ada kecemasan
merayapi setiap keyakinan yang berusaha kubangun
padahal aku telah mencoba memetik bunga
dari setiap musim yang pernah kita lalui bersama
dan kita sudah mencoba mencumbui
setiap kecemburuan sebagai ungkapan rasa sayang
tetapi selalu saja ada gema sunyi
yang lebih keras dari setiap rayuan yang kau bisikan
di ruang-ruang jeda, kita pun mencoba menyimak,
membaca, menuliskan dalam setiap bahasa
jika bukan lagi setiap lekuk tubuhku atau tubuhmu
sebagai penakar kerinduan untuk mendulang
setiap tanda-tanda yang harus kita lalui bersama
tetapi selalu saja, selalu saja kita tersesat
pada kesalahan-kesalahan yang sama
dan kita seolah-olah tidak lagi saling mengenal
kita begitu asing satu sama lain
dan juga asing pada diri kita masing-masing
hingga akhirnya kita pun tidak tahu, apakah
harus terus mendulang sisa-sisa airmata
hanya untuk meredakan setiap keegoan
yang selalu merasuki perasaan kita yang terdalam
hanya dengan penyesalan-penyesalan panjang
atau membiarkan surut dengan sendirinya
mungkin yang kita butuhkan hanya sebuah igauan
tanpa perlu memahami setiap makna
yang tersembunyi di dalamnya, meskipun
terkadang membongkarnya
dan membiarkannya terlepas dengan sendirinya
tanpa kita perduli akan bermuara di mana
seluruh makna sudah kita telan dan muntahkan
hampir tak ada ruang jeda di antara kita
tetapi entah kenapa. selalu saja ada kecemasan
merayapi setiap keyakinan yang berusaha kubangun
padahal aku telah mencoba memetik bunga
dari setiap musim yang pernah kita lalui bersama
dan kita sudah mencoba mencumbui
setiap kecemburuan sebagai ungkapan rasa sayang
tetapi selalu saja ada gema sunyi
yang lebih keras dari setiap rayuan yang kau bisikan
di ruang-ruang jeda, kita pun mencoba menyimak,
membaca, menuliskan dalam setiap bahasa
jika bukan lagi setiap lekuk tubuhku atau tubuhmu
sebagai penakar kerinduan untuk mendulang
setiap tanda-tanda yang harus kita lalui bersama
tetapi selalu saja, selalu saja kita tersesat
pada kesalahan-kesalahan yang sama
dan kita seolah-olah tidak lagi saling mengenal
kita begitu asing satu sama lain
dan juga asing pada diri kita masing-masing
hingga akhirnya kita pun tidak tahu, apakah
harus terus mendulang sisa-sisa airmata
hanya untuk meredakan setiap keegoan
yang selalu merasuki perasaan kita yang terdalam
hanya dengan penyesalan-penyesalan panjang
atau membiarkan surut dengan sendirinya
mungkin yang kita butuhkan hanya sebuah igauan
tanpa perlu memahami setiap makna
yang tersembunyi di dalamnya, meskipun
terkadang membongkarnya
dan membiarkannya terlepas dengan sendirinya
tanpa kita perduli akan bermuara di mana
Denpasar 06062014 - ilustrasi : google
SAATNYA
malam telah menelan seluruh mimpiku
tak ada lagi sepotong kisah yang tersisa
kenangan pun semakin menyusut
di belakang waktu yang menjauh
kini yang ada hanya ruang
dan hanya memantulkan gema
dari dalam diri sendiri
yang tak dapat kutepis
hanya dengan helaan napas panjang
tetapi haruskah aku bertahan di sini
membusuk oleh kerinduan tanpa alasan?
hanya untuk sekedar bertanya
di mana cinta itu disimpan?
aku pun mengenakan sepatu
menyisir rambut dengan jemari
saatnya untuk kembali melangkah
meskipun harus kuseret ke ujung waktu
sebab bukan di sini lagi tempatku
DPS JUNI 2014 - HG
TAK ADA LAGI IMPIAN
telah kutepis namamu
dari seluruh impianku
tak ada lagi malam
tak ada lagi siang
tak usah lagi berkisah
tentang rembulan
tak usah lagi berkisah
tentang bintang
atau kabut sunyi yang selalu
menyaput wajahmu
dari duka yang selalu
membias di hatimu
tak juga kusebut namamu
dalam setiap igauan
apalagi kerinduan
atas nama cinta
tak juga ada sebait puisi
untuk membasahi hatimu
agar kau dapat mengerang
dari kesepianmu
aku telah menutup pintu
untuk setiap bisikan
yang hanya menebarkan
udara yang semu
DPS JUNI 2014 - HG
BISIKAN MALAM
aku akan memberimu
setangkai bunga
jika musimnya tiba
aku akan berkisah padamu
tentang wajah rembulan
pada malam hari
bersama bintang-bintang
aku akan berbisik padamu
bukan untuk menepis
kesepian hatimu
tapi aku akan menghembuskan
napas keheningan
agar kau dapat menikmati
ketenangan sepenuh hatimu
DPS JUNI 2014 - HG
PUTING SIANG
puting siang yang garang
melentingkan desahan yang tajam
telah kau hisap dengan penuh hasrat
menyiratkan seluruh makna
tersembunyi dan tersirat
dari hakikat cinta yang membebat
membuatku menggeliat
puting siang yang garang
telah kau susui pada setiap kalimat
membakar seluruh hikayat
pada hari-hari yang kita lewati
di mana kesetiaan dan harapan
kau bisikan berulang-ulang
membuatku terpejam dalam kenangan
puting siang yang garang
telah merentangkan percakapan panjang
tak ada lagi yang terbilang
di antara selangkangan waktu
yang menjalin seluruh ikatan
di mana keyakinan tak dapat diretaskan
hanya oleh kesangsian yang membayang
puting siang yang garang
tempat seluruh dahaga kau tautkan
membuatku menggelinjang
dalam penantian yang meradang
menunggumu datang bertandang
membawa akasarku yang hilang
tanpa sebuah alasan
Denpasar 31052014 - ilustrasi : google
SEPENGGAL BAMBU
melangkah di bawah gerimis
di antara hembusan angin tipis
seperti puisi yang kau tulis
jangan membuat hatimu teriris
karena rindu yang tak juga habis
sebab rindu adalah setetes madu
dapat kau reguk setiap waktu
sebagai tanda kesetiaanmu menunggu
pada suatu saat kasihmu akan tahu
jika cintamu tak sepenggalah bambu
DPS JUNI 2014
TAK TERGAPAI
semula aku mencoba menyapamu
dengan cara yang paling sederhana
Berdiri tegak di bawah lembayungmu
Memahami setiap warna yang menggores
pada setiap sudut-sudut langitmu
tapi awan-awan hitam itu
berarak seperti pawai kemenangan
menuju ke sudut langit malam
kau pun mengerang penuh kenikmatan
sebagai pengantin keabadian
dengan jubah kegelaban yang membentang
di mana setiap gairah kau uraikan
dengan bahasa puisi yang tak lagi kukenal
bahasa pusi yang melepaskan dirimu
ke dalam kebinalan imajinasi
tanpa perduli jika aku mulai terluka
padahal kau selalu mengajarkanku
untuk menjaga setiap rasa
sambil kau terus menabung setiap kesalahan
jika aku melangkah dengan bimbang
untuk merengkuh tanganmu
yang telah penuh darah yang membeku
Sambil kau terus berkata:
"Inilah duniaku!"
maka aku pun melepas tanganmu
yang terus menggapai gairah rindu
dari tangan-tangan yang tersembunyi
yang terus merayapi setiap lekuk tubuhmu
dengan nafas percintaan yang memburu
dari erangan yang satu keerangan lainnya
tanpa sedikit pun kau berpaling padaku
maka aku memilih jalanku
menyeberangi cakrawalmu
sebelum kau meninggalkanku
dengan cermin yang pecah
di bawah lembayung senjamu
kutak ingin tergores di sana
hanya karena impian yang semu
dan mengebiri kelekaianku
meski pun aku bukan seorang
pemburu sejati sepertimu
DPS JUNI2014 bersama HG
dengan cara yang paling sederhana
Berdiri tegak di bawah lembayungmu
Memahami setiap warna yang menggores
pada setiap sudut-sudut langitmu
tapi awan-awan hitam itu
berarak seperti pawai kemenangan
menuju ke sudut langit malam
kau pun mengerang penuh kenikmatan
sebagai pengantin keabadian
dengan jubah kegelaban yang membentang
di mana setiap gairah kau uraikan
dengan bahasa puisi yang tak lagi kukenal
bahasa pusi yang melepaskan dirimu
ke dalam kebinalan imajinasi
tanpa perduli jika aku mulai terluka
padahal kau selalu mengajarkanku
untuk menjaga setiap rasa
sambil kau terus menabung setiap kesalahan
jika aku melangkah dengan bimbang
untuk merengkuh tanganmu
yang telah penuh darah yang membeku
Sambil kau terus berkata:
"Inilah duniaku!"
maka aku pun melepas tanganmu
yang terus menggapai gairah rindu
dari tangan-tangan yang tersembunyi
yang terus merayapi setiap lekuk tubuhmu
dengan nafas percintaan yang memburu
dari erangan yang satu keerangan lainnya
tanpa sedikit pun kau berpaling padaku
maka aku memilih jalanku
menyeberangi cakrawalmu
sebelum kau meninggalkanku
dengan cermin yang pecah
di bawah lembayung senjamu
kutak ingin tergores di sana
hanya karena impian yang semu
dan mengebiri kelekaianku
meski pun aku bukan seorang
pemburu sejati sepertimu
DPS JUNI
Hmm
mendung di luar jendela
angin tak menyapa
kini tak ada lagi yang tersisa
kopi pun tandas di atas meja
tak ada yang bisa kureguk
kecuali kesendirianku
harapan, hanya seulas senyuman
mengurai dalam ke kosongan
aku tak tahu, kenapa ada rasa
yang meretas seperti ini
tak bisa kutepis atau kulumat
agar kesangsian tak merayap
menyekap seluruh rasa
ke dalam ketiadaan
selalu saja tak membiaskan pilihan
meradang atau berdendang
semuanya menjadi tak nyaman
padahal aku sudah alpakan
seluruh kenangan dari ingatan
Sebab aku harus berjalan
ziarahi perjumpaan
dari sekedar pertemanan
namun bayangan itu selalu datang
menggores perasaan terdalam
Haruskah aku mengenalmu?
Lalu membuat pertaruhan?
Hm....
Dps Juni 2014bersama HG
angin tak menyapa
kini tak ada lagi yang tersisa
kopi pun tandas di atas meja
tak ada yang bisa kureguk
kecuali kesendirianku
harapan, hanya seulas senyuman
mengurai dalam ke kosongan
aku tak tahu, kenapa ada rasa
yang meretas seperti ini
tak bisa kutepis atau kulumat
agar kesangsian tak merayap
menyekap seluruh rasa
ke dalam ketiadaan
selalu saja tak membiaskan pilihan
meradang atau berdendang
semuanya menjadi tak nyaman
padahal aku sudah alpakan
seluruh kenangan dari ingatan
Sebab aku harus berjalan
ziarahi perjumpaan
dari sekedar pertemanan
namun bayangan itu selalu datang
menggores perasaan terdalam
Haruskah aku mengenalmu?
Lalu membuat pertaruhan?
Hm....
Dps Juni 2014bersama HG
Minggu, 01 Juni 2014
LELAKI METONIMY ITU
---kepada remmy novaris dm
belum pernah aku mengenal seorang lelaki
membunuh dirinya sendiri berulangkali
lelaki yang selalu bangkit dari kematiannya
dan membiarkan dirinya menggores
setiap aksara di jalan-jalan yang sepi
hanya untuk mendustai setiap keyakinannya
sebagai orang yang sesat dari kesetiaan
tetapi selalu saja aku menziarahinya
dan berkisah bersama tentang hari-hari
yang selalu dilepaskan dari tubuhnya
hanya untuk mencari catatan harianku yang hilang
agar dapat kembali membacanya
dan lelaki itu tak pernah bosan mendengar
setiap bisikan yang kuerangkan sebagai kutukan
selalu saja diaminkannya dengan napas cumbuan
yang membuatku mabuk di ujung kisah
entah kenapa, aku tak juga bisa berpaling
setiapkali ia bersijingkat di celah waktu
dan mengintipku dari sana
ketika aku sedang mengunyah buah apel
pada siang hari hingga membuatku tersedak
setelah aku menyadari buah itu
telah dikunyahnya sedemikian lahapnya
sungguh tak pernah aku membayangkan
lelaki itu dapat mengukur setiap lekuk resahku
dan berdongeng tentang keperempuananku
yang telah kutanggalkan sejak mengenalnya
hingga aku tak tahu bagaimana cara melupakannya
belum pernah aku mengenal seorang lelaki
membunuh dirinya sendiri berulangkali
lelaki yang selalu bangkit dari kematiannya
dan membiarkan dirinya menggores
setiap aksara di jalan-jalan yang sepi
hanya untuk mendustai setiap keyakinannya
sebagai orang yang sesat dari kesetiaan
tetapi selalu saja aku menziarahinya
dan berkisah bersama tentang hari-hari
yang selalu dilepaskan dari tubuhnya
hanya untuk mencari catatan harianku yang hilang
agar dapat kembali membacanya
dan lelaki itu tak pernah bosan mendengar
setiap bisikan yang kuerangkan sebagai kutukan
selalu saja diaminkannya dengan napas cumbuan
yang membuatku mabuk di ujung kisah
entah kenapa, aku tak juga bisa berpaling
setiapkali ia bersijingkat di celah waktu
dan mengintipku dari sana
ketika aku sedang mengunyah buah apel
pada siang hari hingga membuatku tersedak
setelah aku menyadari buah itu
telah dikunyahnya sedemikian lahapnya
sungguh tak pernah aku membayangkan
lelaki itu dapat mengukur setiap lekuk resahku
dan berdongeng tentang keperempuananku
yang telah kutanggalkan sejak mengenalnya
hingga aku tak tahu bagaimana cara melupakannya
Denpasar 3005 2014
SEHARUSNYA
seharusnya kau tak pernah ragu
jika aku adalah perempuan
yang memiliki kesetiaan dan kesabaran
seharusnya pula jangan kau sia-siakan
hanya dengan kecemburuan
apalagi dengan penghianatan
seharusnya kau tahu sejak dahulu
jika perempuan adalah mawar
yang tak dapat hanya disunting bisikan liar
seharusnya kau dapat merasakan
keharumannya yang tidak hanya sekedar
memaharkan kerinduan yang banal
seharusnya kau merengkuhnya
bukan harum pada setiap lekuk kelopaknya
tapi juga menghisap setiap putik sarinya
seharusnya di sana kau menjelma
bukan hanya sebagai seekor kumbang
yang menyengatkan setiap harapan
seharusnya kau adalah bagian
yang tak terpisahkan dari persetubuhan
perjanjian rahasia di balik setiap erangan
Denpasar 24052014
AKSARA YANG HILANG
haruskah tautan itu kulepaskan
sebagai seorang perempuan
di mana induk kasih sayang itu
seharusnya kuperamkan
haruskah mereka kehilangan
sebuah aksara: ibu
sebagai sebuah warisan
dengan kata ganti kebencian
serupa kutukan
haruskah aku tak berpaling
hanya untuk keangkuhan
dari sebuah perselingkuhan
di balik aksara-aksra puisi
untuk selalu kulantunkan
haruskah di seluruh panggung
aku berdiri untuk menabuhkan
semua keyakinanku yang rapuh
sebagai sebuah kebenaran
dan mengorbankan kasih sayangku
haruskah keegoanku sebagai perempuan
terus kupertahankan hanya untuk
melangkah menuju jalan kebebasan yang semu
hanya untuk setiap aksara yang kemudian
lenyap di antara lipatan-lipatan makna
lalu di manakah arti sebuah makna
jika kelak semua akan sirna
apakah di ujung sebuah pertanyaan
yang tak memerlukan sebuah jawaban
dari liang kehidupan terdalam
dan ternyata di sana membentang
hanya sebuah kelenggangan
Denpasar22052014- Ilustrasi : google
HARI TUBA
ini malam untuk tuba
aku meneguknnya
tandas, kau terlepas
dari setiap helaan napas
ini pagi penuh jelaga
kau tertawa di seberang sana
penuh dusta
tak ingin lagi kupercaya
meskipun atas nama cinta
jika senja di pelupuk mata
biarkan aku mengatupnya
meskipun bersimbah kecewa
semua harus sirna
sebagai takdir
harus kuterima
DENPASAR, MAY 2014
MENJELMA
sudah kutuang semuanya untukmu
tak ada lagi yang tersisa.
tumpah sudah seluruh waktu
seperti apa yang kau mau,
menjelma rindu tempat menunggu
kini aku seperti kepompong
menunggu musim bunga
untuk menjelma sebagai kupu-kupu
menghisap sari-sari cintamu
dari setiap kepak rindu tanpa batas
jika seluruh waktu telah tumpah
jika aku telah menghisap setiap madu
jangan kau biarkan gairah rinduku
menjadi empedu yang bertuba
dan membuatku menggelepar
di pelaminan waktu
sekedar menyetubuhi bau napasku
kini terlumat sudah seluruh jiwaku
setiap bisikan dan erangan kau tahu
telah menjelma sayap kupu-kupu
mengepak-ngepak tanpa suara
untuk meyakini dirimu pada setiap lekuk waktu
Denpasar 15052014-ilustrasi : google
REMAH-REMAH
hanya remah-remah. tak lagi kukunyah
meski kadang masih tersisa rasa sepah
tapi bukan karena bersikap pasrah
bukan menyerah setelah bertaut seluruh rasa
tapi keikhlasan menerima apa adanya
jika kasihku tak lagi sepanjang galah
tapi sepanjang napas dan langkah
maka kini kubiarkan semuanya luruh
sebab kutahu semua akan kembali tumbuh
meskipun mungkin di luar waktu
di mana kesetiaan dan pengingkaran
harus menjadi bagian yang kutempuh
tak ada lagi memang yang harus disesalkan
ketika pilihan telah dijatuhkan
meskipun aku harus mengurai setiap bayangan
seperti kau mengurai setiap anak rambutku
dalam setiap kesempatan, kubiarkan mata terpejam
dan merasakan setiap sentuhan terdalam
jika kau adalah bagian yang tak terpisahkan
Denpasar1305 2014- ilustrasi : google
Langganan:
Postingan (Atom)