percakapan demi percakapan sudah kita kunyah
seluruh makna sudah kita telan dan muntahkan
hampir tak ada ruang jeda di antara kita
tetapi entah kenapa. selalu saja ada kecemasan
merayapi setiap keyakinan yang berusaha kubangun
padahal aku telah mencoba memetik bunga
dari setiap musim yang pernah kita lalui bersama
dan kita sudah mencoba mencumbui
setiap kecemburuan sebagai ungkapan rasa sayang
tetapi selalu saja ada gema sunyi
yang lebih keras dari setiap rayuan yang kau bisikan
di ruang-ruang jeda, kita pun mencoba menyimak,
membaca, menuliskan dalam setiap bahasa
jika bukan lagi setiap lekuk tubuhku atau tubuhmu
sebagai penakar kerinduan untuk mendulang
setiap tanda-tanda yang harus kita lalui bersama
tetapi selalu saja, selalu saja kita tersesat
pada kesalahan-kesalahan yang sama
dan kita seolah-olah tidak lagi saling mengenal
kita begitu asing satu sama lain
dan juga asing pada diri kita masing-masing
hingga akhirnya kita pun tidak tahu, apakah
harus terus mendulang sisa-sisa airmata
hanya untuk meredakan setiap keegoan
yang selalu merasuki perasaan kita yang terdalam
hanya dengan penyesalan-penyesalan panjang
atau membiarkan surut dengan sendirinya
mungkin yang kita butuhkan hanya sebuah igauan
tanpa perlu memahami setiap makna
yang tersembunyi di dalamnya, meskipun
terkadang membongkarnya
dan membiarkannya terlepas dengan sendirinya
tanpa kita perduli akan bermuara di mana
seluruh makna sudah kita telan dan muntahkan
hampir tak ada ruang jeda di antara kita
tetapi entah kenapa. selalu saja ada kecemasan
merayapi setiap keyakinan yang berusaha kubangun
padahal aku telah mencoba memetik bunga
dari setiap musim yang pernah kita lalui bersama
dan kita sudah mencoba mencumbui
setiap kecemburuan sebagai ungkapan rasa sayang
tetapi selalu saja ada gema sunyi
yang lebih keras dari setiap rayuan yang kau bisikan
di ruang-ruang jeda, kita pun mencoba menyimak,
membaca, menuliskan dalam setiap bahasa
jika bukan lagi setiap lekuk tubuhku atau tubuhmu
sebagai penakar kerinduan untuk mendulang
setiap tanda-tanda yang harus kita lalui bersama
tetapi selalu saja, selalu saja kita tersesat
pada kesalahan-kesalahan yang sama
dan kita seolah-olah tidak lagi saling mengenal
kita begitu asing satu sama lain
dan juga asing pada diri kita masing-masing
hingga akhirnya kita pun tidak tahu, apakah
harus terus mendulang sisa-sisa airmata
hanya untuk meredakan setiap keegoan
yang selalu merasuki perasaan kita yang terdalam
hanya dengan penyesalan-penyesalan panjang
atau membiarkan surut dengan sendirinya
mungkin yang kita butuhkan hanya sebuah igauan
tanpa perlu memahami setiap makna
yang tersembunyi di dalamnya, meskipun
terkadang membongkarnya
dan membiarkannya terlepas dengan sendirinya
tanpa kita perduli akan bermuara di mana
Denpasar 06062014 - ilustrasi : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar