malam menjadi ruang tak terbatas
dan aku kembali kau hempaskan
dengan kecemburuan tak berbatas
hingga aku berada di ujung kelam
menari dengan liukan-liukan tajam
mengapa kau harus mencabikku
hanya untuk membarutkan sebuah puisi
haruskah aku terus mengerang
dari setiap lipatan aksra hitam
atau kutanggalkan seluruh keyakinan
kini aku telanjang dalam diam
yang paling kelam, menunggumu
membalutkan seluruh kepedihan
menjadi kehanghatan dan kebahagiaan
di mana aku dapat berdiang
dengan tenang dalam hembusan
dan bisikan yang menggetarkan
dari setiap sentuhan cintamu
Dps07092013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar