Minggu, 28 April 2013

Buah Simalakama




tubuhku penuh catatan
berlumur peristiwa
kukumur seluruhnya
di bibir dan di lidah
tapi itu sebelum waktu berlalu

kini tak dapat lagi kurasa
pahit dan manisnya
sebab tak ada lagi tersisa
apalagi di relung dada
kini seluruhnya terasa hampa

haruskah aku berdusta?
jika empedu manis rasanya?
jika gula pahit rasanya?
haruskah ia mempercayainya?

ingin kukatakan sejujurnya
jika aku tak mencintainya
tapi ia pasti akan terluka
dan menyebutku pendusta
karena ia tak pernah percaya

buah simalakama
tersekat di relung dada
mengoyak seluruh makna
setiap kata pun sirna

selebihnya, hanya puisi
tersirat tanpa kata dan isyarat
membuatku rehat sesaat
jika hidup tak perlu siasat
untuk mencapai hakikat


Dps20112012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar